TEMPO.CO, Jakarta - Krisis Yunani membawa dampak bagi warga negara Indonesia yang bekerja di sana. Sebagian WNI yang bekerja di Yunani memutuskan mulai kembali ke Indonesia.
"Karena dampak krisis di sana, sebagian besar kehilangan pekerjaan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir, di Kementerian, Kamis, 9 Juli 2015.
Arrmanatha menyebutkan ada 1.046 WNI yang berada di Yunani. Sebagian di antara mereka bekerja pada sektor informal. Sektor inilah yang terdampak oleh krisis ekonomi Yunani sehingga WNI harus kehilangan pekerjaan dan memilih pulang.
Meski begitu, Arrmanatha belum dapat memastikan apakah pemulangan WNI memang diatur oleh Kedutaan Besar setempat atau atas keinginan pribadi. "Kami tahu ada beberapa yang proses kembali ke Indonesia, tapi apakah diorganisasi oleh KBRI, harus kami cek lagi bersama PWNI (Perlindungan WNI)," ujarnya.
Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Ina Krisnamurthi juga mengatakan krisis Yunani akan berdampak pada ekonomi kawasan Asia Tenggara. "Dampak itu akan terasa saat pasar bergerak," tutur Ina.
Yunani adalah pasar bagi Asia. Selaku produsen yang memasok barang-barang ke Yunani, Ina meyakini krisis negara itu akan membawa dampak. Meski demikian, kata Ina, dampak krisis tak akan mempengaruhi ASEAN dalam waktu lama. Alasannya, stabilitas ekonomi ASEAN dinilai masih cukup kuat, dengan pertumbuhan ekonomi berkisar 4-5 persen.
Yunani di ambang kebangkrutan setelah gagal membayar utang sebesar 1,6 miliar euro atau sekitar Rp 23,6 triliun kepada Lembaga Moneter Internasional (IMF). Bank di Yunani sempat ditutup selama sepekan karena terbatasnya uang di negara itu. Referendum pun digelar pada Ahad lalu, dan rakyat Yunani diminta memutuskan nasibnya sendiri.
Nasib Yunani setelah referendum masih belum jelas. Namun salah satu kemungkinannya adalah Yunani harus keluar dari zona Eropa dan membuat mata uang sendiri. Bank sentral Eropa pada Senin lalu menyatakan tak dapat lagi menambah utang darurat pada bank-bank di Yunani.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA