TEMPO.CO , Brussel: Keberadaan warga Indonesia yang berstatus korban politik 1965 sehingga kehilangan kewarganegaraanya dan tidak dapat kembali ke Tanah Air (exiles) menarik perhatian Elisabeth Ida Mulyani, seniman fotografi asal Yogyakarta.
Ida adalah alumni Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada yang berubah haluan dan menyelesaikan studi S1 dan S2 dalam bidang seni rupa fotografi di kota Ghent, Belgia dengan predikat cum laude.
Sebagai tradisi tahunan, Pusat Budaya Strombeek di jantung negara Belgia, mengundang satu seniman untuk menampilkan karya-karyanya selama setahun penuh. Dalam edisi 2014-2015 pilihan jatuh pada Ida.
Ketertarikannya pada kehidupan para exiles di belahan Eropa selama ini menjadi tema pameran dokumenter fotografi yang berlangsung pada 10 April - 12 Mei 2015 di Pusat budaya Strombeek.
Pameran mendapat banyak minat pengunjung untuk ingin lebih tahu tentang peristiwa 1965. Mayoritas warga Belgia belum pernah mendengar tentang tragedi politik tahun 1965. Selain fotografi, juga ditampilkan video wawancara dengan para eksil di Swedia dan Belanda.
Perkenalan Ida dengan Pusat Budaya Strombeek berawal dari pameran pertamanya tahun 2012 di Belanda. Sehingga akhirnya ia sering mengunjungi Belgia - Belanda. Soalnya, karyanya selama ini dipandang berbeda dari karya seni lainnya. Ida kemudian diganjar "Young Belgian Talent" oleh Museum Fotografi Antwerp di Belgia.
Setelah selesai kuliah S2 dan post-master di Belgia, ia aktif berkarya dan tema pameran yang dipilih ia anggap relevan dengan situasi sekarang. " Tentu saja relevan dengan kondisi saya sendiri sebagai migran," kata Ida kepada Tempo, Rabu, 6 Mei 2015.