Tahun ini adalah 50 tahun setelah tragedi yang belum membawa keadilan bagi para korban termasuk para exiles "Sebagai generasi muda, saya tidak rela kita dicuci otak terus menerus, dibohongi, dibuat takut dan bodoh. Kapan Indonesia akan maju kalau kemanusiaan tidak dihargai?"
Ida mengaku senang dan bangga diundang oleh Pusat Budaya Strombeek di Belgia untuk membuat lima pameran selama satu tahun. Pada edisi pertama Ida menampilkan foto-foto dan video dari Indonesi dengan tema "home". Melalui foto dan video ini ia mencoba mencari apakah makna "rumah" itu.
Pameran pertama ini dikunjungi oleh Dubes Indonesia untuk Belgia Arif Havas Oegroseno dan Menteri kebudayaan Sven Gatz. Pada edisi terakhir saya tampilkan tema Indonesia lagi, yakni "Supervivere". Pameran dan seri ini mendapatkan banyak apresiasi termasuk dari para exiles , warga Indonesia, penduduk setempat, para akademisi dan pegiat seni di Belgia dan Belanda maupun Indonesia.
Ida menjelaskan, di pameran ini ia bekerjasama dengan antara lain fotografer Adrian Mulya yang memotret mbah-mbah eks-tahanan politik yang sekarang tinggal di Panti Waluyo Sejati di Jakarta, jurnalis Belanda Angela Dekker dan Willy Van Rooijen yang menulis tentang para exiles dan korban '65, Derek Bacon sebagai ilustrator Inggris ternama pembuat fotomontage tentang praktek cuci otak rezim Orba.
Media Belgia memuat pendapat mereka tentang pameran Ida bertema "Supervivere" sebagai karya berkomitmen sosial.
YUKE MAYARATIH (BELGIA)