TEMPO.CO, Jakarta - Para aktivis hak asasi manusia menyatakan aksi penculikan yang dilakukan oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) terhadap 90 orang Kristen Asyria sebagai sebagai peringatan terhadap keberadaan kaum Kristen. Bahkan mereka menyebut hal itu bisa menjadi akhir kehadiran orang Kristen di Timur Tengah.
"Mereka menargetkan orang-orang Kristen di Timur Tengah," kata Habib Afram, presiden Liga Suriah di Libanon, kepada Guardian, Selasa, 24 Februari 2015.
Afram melanjutkan, ISIS menargetkan sekitar 35 permukiman dekat Sungai Khabur, anak Sungai Efrat. Di tempat yang sama sebelumnya juga terjadi pertempuran sengit antara ISIS dan milisi Kurdi yang didukung oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat.
Afram mengaku telah menghubungi uskup Ortodoks Suriah di Hassakeh, yang tinggal tidak jauh dari lokasi penculikan. Uskup tersebut, kata Afram, menggambarkan penculikan sebagai bagian dari serangan yang menargetkan komunitas Kristen di seluruh wilayah, termasuk di Bagdad dan Mosul. Afram mengatakan banyak yang melarikan diri ke Hassakeh untuk berlindung.
"Mereka bukan bagian dari perjuangan, orang-orang Kristen di daerah ini tidak terlibat dalam operasi militer," kata Afram menirukan ucapan Hassakeh.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) sebelumnya menyatakan 90 orang Kristen Asyria diculik oleh ISIS dekat Tal Tamr. Selain para tawanan, empat orang Kristen dilaporkan tewas saat berusaha untuk mempertahankan desa mereka.
Uskup Agung Paul Nabil el-Sayah mengatakan bahwa ISIS menargetkan semua orang yang tidak percaya pada ideologinya. "Mereka tidak mau hidup berdampingan dengan baik Kristen dan muslim yang tidak percaya pada misi mereka," katanya.
Kelompok pemantau hak asasi mengatakan bahwa berdasarkan sumber di lapangan, ISIS menyebut para tawanan Kristen sebagai "tentara salib". Istilah tersebut juga mereka gunakan untuk menyebut 21 tawanan Kristen Koptik Mesir yang telah mereka eksekusi.
Berdasarkan laporan orang Kurdi, Afram mengatakan bahwa beberapa gereja di daerah itu juga telah dibakar. "Padahal orang-orang Asyur tidak hanya Kristen, tetapi penduduk asli Timur Tengah," kata Mardean Ishak, seorang penulis Asyur yang berbasis di Inggris.
THE GUARDIAN | FAIZ NASHRILLAH