TEMPO.CO, Freetown - Petugas pemakaman di Sierra Leone memutuskan untuk mogok kerja menyusul kekhawatiran terhadap penularan ebola. Selain karena takut terinfeksi, rupanya para petugas juga belum mendapatkan upah dan tunjangan mengingat pekerjaan mereka yang penuh risiko. (Baca: Australia Tak Mau Kirim Tim Medis Lawan Ebola)
Dikutip dari International Business Time, Rabu, 8 Oktober 2014, petugas pemakaman paling tidak harus mengubur 17 hingga 35 mayat setiap hari. Setiap tim beranggotakan 12 orang dengan gaji sebesar US$ 100 (Rp 1,2 juta) per pekan.
"Kami akan membayar penuh gaji para pekerja hingga September, pekan ini," kata Wakil Menteri Kesehatan Sierra Leone, Madina Rahman. Namun, Rahman tidak berkomentar soal tunjangan yang diminta pekerja.
Menurut laporan anggota 1Health Alert di Sierra Leone, Willam Sao Lamin, sejak Mei hingga kini sudah lebih dari 60 kematian dari petugas kesehatan yang terjadi di Sierra Leone. "Ini adalah masalah serius dan jumlah ini akan terus meningkat," kata Lamin. (Baca: Petugas Medis Paling Rentan Tertular Ebola)
Jika para pekerja mogok kerja, maka tubuh pasien ebola yang meninggal tidak akan ada yang mengurus. Hal tersebut dapat menyebabkan penyebaran semakin luas karena wabah ebola bisa tetap menular meski pasien telah meninggal.
Ebola telah menginfeksi setidaknya 3.400 orang dan lebih dari 7.400 di antaranya meninggal. Kebanyakan kasus terjadi di Afrika Barat, tapi penyebaran mulai merambah ke Amerika serikat dan Spanyol. (Baca: Pasien Ebola Pertama di AS Meninggal)
RINDU P. HESTYA | INTERNATIONAL BUSINESS TIME
Berita Lain:
Bau Busuk, Kekasih Mayang: Saya Masak Kaldu Babi
Kim Jong-un Menghilang dari Pyongyang
Zona Tempur ISIS Jadi Obyek Wisata Perang