TEMPO.CO, Moskow – Pemerintah Rusia mempersiapkan langkah-langkah balasan terhadap sanksi Barat yang semakin menekan Rusia lantaran dianggap telah menciptakan ketidakstabilan di Ukraina.
“Tentu saja hal itu harus dilakukan dengan hati-hati demi mendukung produsen dalam negeri. Jangan sampai menghambat konsumen,” kata Presiden Rusia Vladimir Putin, seperti dikutip Reuters, Selasa, 5 Agustus 2014.
Memang sanksi Barat terhadap Rusia mulai terasa, khususnya penurunan nilai tukar mata uang Rusia, rubel, yang kemudian mengurangi jumlah warga Rusia yang bepergian ke luar negeri sampai 50 persen.
Dampak sanksi tak sampai di situ. Pada awal pekan ini, setidaknya ada 27 ribu wisatawan Rusia terdampar di luar negeri setelah operasi dari perusahaan wisata Rusia, Labirint, ditangguhkan. Pemilik perusahaan tur para turis itu mengatakan bahwa tidak ada lagi jet dan pilot dari Rusia. Sanksi dari Amerika Serikat membuat mereka tidak diperbolehkan menggunakan peralatan navigasi. (Baca: Rusia Kena Sanksi, 27 Ribu Turis Telantar)
Kemudian, sebuah maskapai berbiaya murah atau low-cost carrier (LCC) Rusia, Aeroflot, juga mengatakan akan berhenti beroperasi karena perjanjian penyewaan pesawat dibatalkan setelah Uni Eropa menerapkan sanksi kepada Moskow. Menurut Uni Eropa, Rusia dianggap berperan dalam krisis di Ukraina. (Baca: Kena Sanksi Eropa, Maskapai Rusia Berhenti Terbang)
Sebelumnya, Uni Eropa mengumumkan langkah-langkah hukuman terhadap maskapai bernama Dobrolyot pada akhir Juli silam. Ketika itu Uni Eropa menambah panjang daftar pemberian sanksi terhadap 95 orang dan 23 organisasi di Rusia. Semua orang dan organisasi tersebut mendapat larangan bepergian dan mengalami pembekuan aset.
ANINGTIAS JATMIKA | REUTERS
Terpopuler
Cemburu, Wanita Ini Potong Payudara Rivalnya
Di Gaza, Warga Kuburkan Jasad di Kulkas
ISIS Kuasai Kota Pertama di Libanon