Tak lama setelah kesepakatan ditandatangani, Rusia langsung mengultimatum Ukraina bahwa akan ada konsekuensi serius sebagai akibat tindakan Kremlin tersebut, yang dinilai akan menimbulkan pengaruh bagi negara. (Baca: Rusia Hentikan Pasokan Gas ke Ukraina)
November lalu, pendahulu Poroshenko, Victor Yanukovych, telah menolak untuk menandatangani kesepakatan dengan Uni Eropa di bawah tekanan Rusia serta adanya protes yang kemudian menyebabkan tumbangnya kekuasaan Yanukovych. Kemudian Rusia pun menganeksasi wilayah Crimea, sedangkan separatis pro-Rusia di wilayah timur Ukraina mendeklarasikan kemerdekaannya.
Tindakan Rusia mencaplok wilayah Crimea dari Ukraina tersebut menimbulkan kemarahan dan sanksi dari Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Kesepakatan baru itu juga mencakup kesepakatan kerja sama politik yang merupakan bagian dari "Perjanjian Asosiasi", yang telah ditandatangani oleh Perdana Menteri Ukraina Arseniy Yatsenyuk pada Maret lalu.
"Ini adalah hari besar bagi Eropa. Uni Eropa berdampingan di sisi kalian hari ini melebihi hari apa pun," kata Herman Van Rompuy, Kepala Dewan Eropa, dalam upacara penandatanganan. (Baca: Uni Eropa Larang Anggotanya Impor Produk Crimea)
Kesepakatan dengan Uni Eropa mencakup kerangka kerja sama yang meliputi bidang ekonomi, politik, kebijakan luar negeri, mendukung independensi peradilan, serta meningkatkan norma-norma masyarakat sipil melalui penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.
AL JAZEERA | ROSALINA
Terpopuler
Sidang Isbat Penentuan Awal Ramadan Besok
Enam Pengusaha RI Masuk Daftar 48 Dermawan Asia
Buntut Kasus YKS, Tayangan Hipnoterapi Dilarang
Bens Leo: Lecehkan Benyamin, Lecehkan Ikon Betawi