TEMPO.CO, Baghdad - Milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) melalui Twitter mengklaim telah membunuh 1.700 prajurit pemerintah Irak. Milisi itu juga mengunggah foto-foto pembantaian sadis itu untuk mendukung klaim mereka.
Lokasi pembantaian itu diperkirakan di Provinsi Salahuddin, di antaranya di Kota Tikrit. Target pembunuhan ISIS diduga kuat adalah orang-orang yang bekerja atau mendukung pemerintah Irak. (Baca: Manning: Sejak Awal Publik Dibohongi soal Irak)
Namun pemerintah Irak, seperti dilansir New York Times, Ahad, 15 Juni, 2014, meragukan klaim ISIS tentang pembantaian massal itu dengan alasan tidak ada laporan adanya pemakaman dalam jumlah besar di Provinsi Salahuddin.
Namun, peneliti lembaga internasional Human Rights Watch di Irak, Erin Evers, mengatakan pihaknya akan berusaha memverifikasi seluruh foto-foto yang diunggah di media sosial itu , meski dirinya meragukan kebenarannya. "Saya tidak yakin itu asli," kata Erin Evers.
Sementara pejabat intelijen militer Irak membenarkan aparat militer mengetahui tentang pembantaian yang terjadi di Provinsi Salahuddin termasuk di Kota Tikrit. Namun, dia mengaku tidak tahu pasti jumlahnya.
Ketua Dewan Kebangkitan di Samarra, kelompok pendukung pemerintahan Sunni, Kolonel Suhail al-Samaraien membenarkan tentang pembantaian dalam skala besar di Salahuddin pada pekan lalu. Hanya saja dia tidak tahu pasti jumlahnya. "Mereka menyasar siapa saja yang bekerja untuk pemerintah," ujarnya. Milisi itu membunuh baik itu warga Sunni maupun Syiah.
Suhail menyebutkan satu korban pembantaian milisi itu pekan lalu bernama Ibrahim al-Jabouri. Ibrahim, seorang perwira polisi berpangkat kolonel yang bekerja di divisi investigasi kriminal di Tikrit.
Seorang jurnalis yang kerap meliput aktivitas militer Irak di Provinsi Salahuddin mengatakan Divis Keempat Tentara Irak hancur lebur atas serangan mendadak milisi pekan lalu. Sebanyak empat ribu pasukan diyakini telah ditangkap, baik penganut Sunni maupun Syiah.
Akses informasi untuk memverifikasi klaim ISIS mengalami kesulitan karena pemerintah Irak telah memblokir jaringan sosial media pekan lalu, termasuk YouTube, Twitter, dan Facebook. (Baca: Demo ISIL, Irak Blokir Facebook dan YouTube)
Seorang pekerja New York Times di Tikrit melalui telepon menjelaskan penduduk bercerita telah menyaksikan ratusan tawanan ditangkap ketika mereka berusaha lari dari Camp Speicher, bekas pangkalan militer Amerika yang kemudian diubah menjadi pusat pelatihan Irak. Para tahanan Sunni mengenakan pakaian sipil dan dikirim ke rumah. Sedangkan tahanan Syiah dikirim ke istana tua milik Saddam Hussein di Tikrit. Mereka dieksekusi di sana dan jasad mereka dibuang ke Sungai Tigris. (Baca: 3.000 Tahanan 'Dibebaskan' dari Penjara Irak)
NEW YORK TIMES | MARIA RITA HASUGIAN
Berita lainnya:
Enam Editor Majalah Kampus di India Ditangkap
Piala Dunia, Pejabat Brasil Kampanye Cegah HIV
Suu Kyi Tak Mungkin Jadi Presiden Myanmar