TEMPO.CO, Islamabad – Pemerintah Pakistan diminta menyelidiki lembaga militer dan intelijen negara terkait pelanggaran hak asasi manusia terhadap wartawan menyusul serangan terhadap sejumlah wartawan terkemuka. Demikian pernyataan organisasi yang bergerak dalam perlindungan hak asasi manusia, Amnesty International.
Dikutip dari Al Jazeera, Rabu, 30 April 2014, dalam sebuah laporan “Sebuah Peluru Telah Dipilih untuk Anda: Serangan Terhadap Wartawan Pakistan” yang diterbitkan hari ini, Amnesty telah mendokumentasikan sejumlah ancaman yang diterima wartawan dari partai politik, kelompok bersenjata, dan badan intelijen Pakistan.
Setidaknya 34 wartawan telah tewas di Pakistan sejak 2008 karena pekerjaan mereka. Delapan orang di antaranya tewas sejak Perdana Menteri Nawaz Sharif terpilih pada Mei 2013.
"Ini akan mengirim sinyal kuat kepada mereka yang menargetkan wartawan bahwa mereka tidak lagi memiliki pemerintahan bebas," kata David Griffiths, Direktur Amnesty Wakil Asia Pasifik. (Baca: Kritik Pemerintah, Wartawan di Ethiopia Ditangkap)
David mengatakan pemerintah Pakistan harus memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia terhadap wartawan harus dibawa ke pengadilan.
Laporan Amnesty ini muncul setelah serangan terhadap pembawa acara Geo News, Hamid Mir, pada awal bulan ini. Ia ditembak orang tak dikenal di Kota Karachi dan mengalami luka serius. Agen mata-mata militer Pakistan Inter-Services Intelligence (ISI) diduga menjadi dalang penembakan ini. Namun, mereka membantah tuduhan tersebut dan menuntut saluran Geo News ditutup.
Laporan ini juga didasari pada penelitian 74 kasus yang menjadikan wartawan sebagai target serangan karena pelaporan berita mereka. Menurut Amnesty, baru 34 kasus yang diselidiki dan hanya satu orang yang dihukum.
ANINGTIAS JATMIKA | AL JAZEERA
Terpopuler
PBB: Kejamnya Korut Kombinasi Nazi ,Soviet, dan Apartheid
Inggris: Aksi Snowden Sebabkan Teroris Ubah Taktik
Dua Mantan Tapol Ungkap Kekejaman Korea Utara