TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Kazakstan Askhat T. Orazbay bercerita soal pemindahan ibu kota di negaranya. Saat ini Indonesia memang sedang membahas kemungkinan ibu kota dipindahkan dari Jakarta.
Menurut Orazbay, pemindahan ibu kota Kazakstan diusulkan Presiden Nursultan Nazarbayev pada 1997. Ketika rencana relokasi dari Ibu Kota Almaty ke Akmola, yang kemudian diberi nama Astana, itu disampaikan, Orazbay belum pernah pergi ke sana.
“Saya biasa tinggal di Almaty, seluruh keluarga saya tinggal di Almaty, saya tidak pernah ke Astana,” kata dia dalam jumpa pers menjelang Hari Nasional Kazakstan akhir November 2013 lalu.
Wakil Duta Besar Kazakstan Mursalnabi Tuyakbayev mengatakan, ketika Presiden Nazarbayez mengungkapkan rencana memindahkan ibu kota, dia ditertawakan banyak kalangan terutama dari Parlemen. (SBY Terinspirasi Astana) “Banyak orang tidak membayangkan, selain situasi saat itu, juga tidak ada dana. Padahal pemindahan ibu kota butuh biaya besar,” kata Tuyakbayev.
Pada saat itu, situasi Kazakstan juga belum stabil. Perpisahan dengan Uni Soviet masih menimbulkan chaos di sana-sini.
Dalam membuat keputusannya, Nazarbayev melakukan kajian nasional atas 32 faktor. Termasuk indeks sosial ekonomi, iklim, lanskap, kondisi seismik, lingkungan alam, infrastruktur transportasi, layanan bangunan, dan tenaga kerja.
Akmola dipilih karena wilayah yang besar, dekat dengan pusat utama ekonomi dan jalur nasional, potensi demokrasi, infrastruktur transportasi yang canggih, serta lingkungan alam.
Relokasi ibu kota pada Desember 1997 merupakan titik balik bagi Kazakstan. Awalnya, negara itu menghadapi masalah ekonomi yang besar dengan jumlah penduduk hanya 280 ribu orang. Namun, setelah 15 tahun, Astana menjadi modal bagi bangsa Kazak yang terus berkembang pesat. (Baca: Presiden Bentuk Tim Kaji Kepindahan Ibu Kota)
NATALIA SANTI
Berita populer:
Atut Tersangka, Golkar: Tiada Maaf bagimu
KPK Resmi Tetapkan Atut sebagai Tersangka
Atut Tersangka, Rano Karno Disiapkan Jadi Gubernur
Terkait Suap MK, Atut Bertemu Akil di Singapura