Dari pelukan McNear, Obama beralih ke putri diplomat Australia Genevieve Cook.
Kala pertama Cook bertemu Obama di dapur teman mereka di sebuah flat di New York, calon presiden Amerika Serikat itu mengenakan jeans, T-shirt dan jaket kulit warna hitam.
Itu adalah Hari Natal 1983. Cook terpesona dengan remaja kurus, cool, percaya diri yang bisa langsung menebak dirinya berasal dari Australia. Di masa itu, sebagian besar warga Amerika Serikat, bahkan di cosmopolitan New York tidak dapat membedakan antara pendatang Australia atau Inggris. Tapi Obama, yang lama berteman dengan banyak orang Australia selama tinggal di Indonesia bersama ibu dan ayah tirinya langsung mengenali.
Setelah berbincang, ternyata Obama dan Cook, putri diplomat Australia, pernah tinggal di Indonesia pada saat yang sama. Beberapa kesamaan lainnya, seperti kedua orang tua bercerai, pernah tinggal di seluruh dunia dan tidak pernah kerasan di mana pun berada, membuat keduanya kian dekat.
Pada pertemuan itu, mereka saling bertukar telepon. Hanya selang beberapa hari, Obama mengundang Cook makan malam di apartemennya, dan memasak untuknya. "Lalu kami pun bercakap-cakap di kamar tidur dan kami menghabiskan malam bersama. Semuanya terjadi begitu saja. Tak terelakkan," kenang Cook seperti ditulis dalam buku Marannis.
Obama baru saja lulus dan bekerja di sebuah kantor yang membosankan. Sementara Cook, tiga tahun lebih tua, seorang asisten guru di sebuah sekolah swasta di Brooklyn.
Menurut Maraniss, "ada banyak pacar Obama sebelumnya, tapi tidak ada yang seperti Genevieve."
Cook digambarkan dalam memoir Obama sebagai wanita misteri. Meski tidak pernah disebut namanya, Obama menulis "ada seorang wanita di New York yang saya cintai. Dia berkulit putih. Rambutnya hitam legam dengan bintik hijau di matanya."
"Suaranya seperti desiran angin, hubungan kami berlangsung selama hampir setahun."
Cook juga punya banyak kesamaan obsesi dengan Obama. Putri mantan duta besar Australia untuk Amerika Serikat itu, sama seperti Obama, punya hasrat untuk menyelamatkan dunia.
Mereka bertemu setiap Kamis malam dan akhir pekan. Setiap hari Minggu, Obama menghabiskan waktu di flat murahnya, yang berkecoak, di Upper West Side. Bertelanjang dada dengan sarung biru putih, sambil minum kopi dan mengerjakan teka-teki silang New York Times.
Cook masih ingat bau kamar tidur Obama, bau keringat, semprotan deodoran merek Brunt dan asap rokok berpadu. Nama seperti McNear, Cook juga terpesona kecerdasan intelektual Obama, kedewasaannya di usia 22 tahun, namun kecewa pada keengganannya untuk berkomitmen.
Ketika Cook mengaku betapa dia mencintainya, jawabannya bukanlah "saya juga cinta padamu" seperti nya diharapkan melainkan. "Terima kasih."
DAILY MAIL | NATALIA SANTI
Terkait:
Foto Kegiatan Obama di Air Force One
INFOGRAFIS: Mau Apa Obama di Indonesia
Video Barack Obama Kunjungi Penjara Nelson Mandela
Selfie di Pemakaman Mandela, Obama Dikritik Tajam