TEMPO.CO, Perth - Pemerintah Australia dan Indonesia bekerja sama mendirikan tiga Pusat Studi Indonesia. Program ini akan dikoordinasi oleh Monash University. “Kami ingin ada Indonesianis-indonesianis baru,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh usai mengunjungi Scotch College, Senin, 11 November 2013. Menteri Nuh berkunjung ke Australia mengiringi Wakil Presiden Boediono pada 10-16 November 2013.
Di masa lalu, kata Nuh, Australia telah melahirkan banyak Indonesianis. Namun, dalam beberapa tahun belakangan ini, tak banyak Indonesianis lahir di Australia. Dalam program ini, Monash University akan bekerja sama dengan The Australian National University dan Melbourne University serta lembaga riset CSIRO. Program kerja sama ini didukung oleh Colombo Plan baru. “Bentuknya sedang dikaji,” kata Menteri Nuh.
Dalam kunjungan ke Scotch College, Nuh memberikan penghargaan kepada sekolah yang berdiri pada 1879 itu. Sekitar 400 siswanya sedang menempuh pelajaran bahasa Indonesia. Menurut Nuh, sekolah ini secara konsisten mengajarkan bahasa Indonesia sejak 1971. Sampai 2009, pelajaran bahasa Indonesia masih menjadi pelajaran pilihan. Saat itu, siswa yang mengambil pelajaran ini berkisar 100 orang.
Setelah 2009, bahasa Indonesia menjadi pelajaran wajib untuk pelajar kelas 6 dan kelas 7. Di sekolah menengah senior kelas 8, 9, dan 10, pelajaran bahasa Indonesia dan budaya Indonesia merupakan program tengah tahunan. Pengajaran bahasa Indonesia merupakan bagian dari pengembangan pengenalan budaya lain. Selain bahasa Indonesia, sekolah ini juga mengajarkan bahasa Prancis dan Spanyol.
Negara Bagian Australia Barat memang cukup intensif memasyarakatkan bahasa Indonesia. Di Perth kini sudah didirikan Balai Bahasa Indonesia yang sementara ini berkantor di Konsulat Jenderal Indonesia di Perth.
M. TAUFIQURRAHMAN