TEMPO.CO, Tokyo - Jaminan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe kepada Komite Olimpiade Internasional bahwa kebocoran air yang terkontaminasi dari reaktor nuklir Fukushima masih "di bawah kendali" menuai kritik di dalam negeri. Media Jepang dan anggota parlemen negeri itu menyatakan omongan Abe berlebihan.
Hanya beberapa jam sebelum Tokyo terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade 2020, Abe memberikan pidato bahwa Jepang aman dari ancaman radioaktif. Ia menyatakan bahwa kontaminan radioaktif dari kebocoran reaktor nuklir dari pusat listrik tenaga nuklir (PLTN) yang dioperasikan oleh TEPCO itu tidak berdampak pada perairan di luar teluk Fukushima. Selain itu, ia menjamin apapun dampak kebocoran itu tak akan sampai ke Tokyo.
"Pernyataan 'mengontrol air yang terkontaminasi' sungguh menyesatkan," tulis surat kabar nasional, Asahi, pada halaman pertama. "Kredibilitas pidato perdana menteri di luar negeri sangat mengejutkan."
Dalam pertemuan dengan anggota parlemen dari kubu oposisi, Partai Demokrat, pejabat senior TEPCO, Kazuhiko Yamashita, mengatakan kondisi di perairan di sekitar reaktor "tidak berada di bawah kendali", berlawanan dari pernyataan Abe. Karenanya, terkait pidato itu, mereka akan memanggil Abe untuk menjelaskan maksud pernyataannya.
Para pejabat Jepang telah mengakui bahwa air tanah yang terkontaminasi dengan kebocoran radioaktif dari reaktor yang meleleh telah merembes ke laut segera setelah bencana tsunami pada Maret 2011. Kebocoran terbaru dari tangki penyimpanan juga menambah kekhawatiran.
TEPCO melaporkan lonjakan radioaktif tritium dari sampel air bawah tanah di dekat kebocoran tangki besar bulan lalu. TEPCO mengatakan Sabtu tritium dalam sampel terbaru berada pada level 150.000 becquerels per liter, lebih dari dua kali ambang batas yang diizinkan.
Namun juru bicara kantor perdana menteri, Hikariko Ono, membela janji Abe. Mengutip hasil pemantauan lepas pantai, katanya, jejak radioaktif tak terdeteksi. Pemerintah juga telah meningkatkan upaya untuk mencegah kebocoran kian meluas.
AP | TRIP B