TEMPO.CO, London – Keenam aktivis yang mendaki Gedung Shard di London, Inggris menekankan bahwa Kutub Utara adalah daerah perlindungan global. Daerah ini terlarang bagi industrialisasi, seperti yang dilakukan perusahaan Shell. Namun, Shell mengatakan, produksi minyak dan gas dari Kutub Utara bukanlah hal baru.
“Wilayah Kutub Utara saat ini memproduksi 10 persen minyak dunia dan 25 persen gas dunia,” ujar juru bicara Shell pada Daily Mail. “Jika dikembangkan dengan tanggung jawab, sumber energi dari Kutub Utara dapat membantu warga dunia,” klaimnya lagi.
Perusahaan Shell telah beroperasi di Kutub Utara sejak awal abad ke-20. Mereka mengklaim, pengalaman ini membuat mereka memiliki pengetahuan dan teknis yang memadai untuk mengeksplorasi dan memproduksi minyak dan gas secara bertanggung jawab.
“Kami telah bekerja secara intensif dengan meneliti dan mengembangkan standar produksi serta melakukan praktik terbaik tanpa merusak keanekaragaman hayati dan ekologi. Kami juga melakukan pencegahan agar minyak tidak tumpah sehingga merusak keselamatan dan kesehatan,” katanya.
Aksi yang dilakukan 6 aktivis wanita Greenpeace di Gedung Shard, London, menuai banyak dukungan. Lebih dari tiga juta orang telah mendukung seruan mereka di savethearctic.org. Semula aksi tersebut dikira sebagai ancaman bom. Ternyata, ini adalah bentuk protes kepada perusahaan Shell yang berkantor di gedung tersebut atas industri minyak yang dilakukannya di Kutub Utara.
DAILY MAIL | ANINGTIAS JATMIKA
Topik terhangat:
Ramadan | Bursa Capres 2014 | Ribut Kabut Asap | Tarif Progresif KRL | Bencana Aceh
Terpopuler
Wawancara Tempo dengan Ucok Eksekutor Cebongan
Ini Pengakuan Penulis Buku SD 'Porno' Anak Gembala
Sefti Ingin Jenguk Fathanah di Bilik Asmara
Alex Noerdin Batal Jadi Gubernur Sumatera Selatan
Wanita Ini Diperkosa Saat Antre Tiket Wimbledon