TEMPO.CO, Kairo - Sebanyak empat orang dikabarkan tewas, termasuk dua polisi, ketika demonstran dan pasukan keamanan bentrok di Kota Port Said, Mesir, Ahad, 4 Maret 2013. Selain menewaskan empat orang, kata Menteri Dalam Negeri, insiden kekerasan itu menyebabkan 400 orang cedera.
Port Said dilanda kerusuhan berdarah sejak Januari 2013, saat 21 pendukung tim sepak bola dijatuhi hukuman mati karena didakwa sebagai biang kekerasan sepak bola, yang memakan korban jiwa pada 2012. Kekerasan terakhir di kota pelabuhan itu terkait dengan ketegangan politik yang akhir-akhir ini menyeruak di Mesir.
Mesir saat ini mengalami polarisasi antara kelompok pro-Islam dan kaum liberal serta sekuler sejak kelompok Islam menyapu bersih kekuatan di parlemen serta memenangkan pemilihan presiden tahun lalu. Jumlah korban tewas terus bertambah menyusul aksi kekerasan di hampir setiap kota-kota besar di Mesir. Mereka menentang kepemimpinan Presiden Mohamed Mursi dan tidak puas atas keputusan pengadilan yang menghukum mati suporter sepak bola.
Sejumlah laporan menyebutkan, perkelahian keras yang melibatkan petugas keamanan dengan perusuh pecah di Port Said, Ahad pagi waktu setempat, 3 Maret 2013.
Kantor berita Assocaited Press melaporkan, sekitar 5.000 demonstran bentrok dengan polisi, saling lempar batu dan bom molotov. Polisi anti-huru-hara membalas dengan menembakkan senapan peluru hampa dan gas air mata. Dalam aksi tersebut, kata Menteri Dalam Negeri, seorang polisi tewas. Kekerasan berlanjut seharian hingga malam hari. "Angkatan bersenjata, yang sedianya hanya berjaga-jaga, terpaksa diturunkan untuk mengatasi kerusuhan yang kian meningkat," tulis AP.
AP menambahkan, para pengunjuk rasa menaiki tank sembari berteriak, "Rakyat dan militer satu tangan!" Mereka juga menyerukan agar militer tidak terlibat dalam unjuk rasa ini.
BBC | CHOIRUL
Berita Terkini:
KPK Kejar Choel untuk Ungkap Peran Andi
Ucapan Hakim MK Tak Boleh Berbau Politik
KPK Periksa 4 Pejabat Swasta dalam Kasus Hambalang
Buron Penipuan Apartemen Rp 6,5 M Ini Jago Ngumpet