TEMPO.CO, Bangkok - Kesepakatan damai antara gerilyawan Barisan Revolusi Nasional (BRN) dengan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, Kamis disambut ledakan bom di Narathiwat, Thailand Selatan keesokan harinya.
Dua ledakan bom terjadi di Distrik Muang, Provinsi Narithiwat selatan, hanya sehari setelah penandanganan Konsensus Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional Paradorn Pattanabut dan pejabat BRN Hassan Talib, di Kuala Lumpur, Malaysia. Belum ada kelompok militan yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Yingluck mengatakan rakyat tidak boleh menilai perdamaian yang diupayakan pemerintah gagal. Usai penandatanganan, Paradorn telah memperingatkan, proses perdamaian masih harus menempuh jalan panjang. Perundingan selama dua mingguan dengan BRN baru akan berlangsung pertengahan Maret mendatang. Tidak disebutkan adanya kesepakatan gencatan senjata.
Kalangan pengamat dan oposisi pemerintah mempertanyakan seberapa besar pengaruh BRN terhadap kelompok militan di perbatasan Provinsi Pattani, Yala, Narathiwat dan empat distrik di Songkhla. BRN hanyalah salah satu faksi.
Pemimpin oposisi, Abhisit Vejjajiva ragu akan pengaruh BRN terhadap faksi-faksi lain di wilayah itu. Dia juga mempertanyakan syarat apa saja yang telah dipenuhi sehingga kelompok itu mau berunding dengan pemerintah.
Dua ledakan bom yang terjadi di Distrik Muang, Narathiwat hanya berselang enam jam, Jumat. Seorang tentara dan lima warga sipil cidera akibat ledakan yang terjadi sekitar pukul 5.50 pagi waktu setempat. Bom disembunyikan di dalam sebuah sepeda motor
Polisi Muang Narathiwat, Thitipong Srisongmuang mengatakan ledakan terjadi di pasar tradisional Phuphaphakdee. Menurut para saksi, seorang anak muda memarkir motornya di depan pasar, dekat truk bak terbuka yang digunakan tentara penjaga pasar, lalu melenggang ke dalam keramaian pasar. Lima menit kemudian motor tersebut meledak, melukai seorang tentara dan lima warga sipil, salah satunya dalam kondisi kritis. Enam sepeda motor lain, serta dua truk bak terbuka yang parkir di dekatnya rusak berat.
Sekitar siang, ledakan lainnya merusak Toko Jip Heng. Bom seberat 20 kilogram disembunyikan di belakang truk bak terbuka yang diparkir depan toko tersebut, berseberangan dengan pos polisi Muang Narathiwat. Tidak ada korban dalam insiden ini.
Menurut aktivis Deep South Watch, yang mengamati kekerasan di Thailand Selatan, lebih dari 5000 orang tewas dan lebih dari 9000 lainnya cidera dalam 11 ribu insiden di tiga provinsi, dan empat distrik di Songkhla sejak Januari 2004.
BANGKOK POST | REUTERS | NATALIA SANTI