TEMPO.CO, Bogota - Pemberontak Kolombia, FARC, berhasil membunuh sedikitnya tujuh tentara dan melukai lima lainnya dalam sebuah adu tembak melawan pasukan keamanan pemerintah di Provinsi Caqueta.
Aksi baku tembak ini merupakan peristiwa terburuk sejak perundingan damai yang dilakukan kedua belah pihak pada akhir tahun lalu. Demikian keterangan Angkatan Bersenjata Kolombia dalam sebuah pernyataan, Rabu, 13 Februari 2013.
Kekerasan bersenjata berlangsung hanya beberapa jam setelah dua tawanan pejabat kepolisian dibebaskan oleh FARC (Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia). Kedua pejabat tersebut ditahan FARC sejak akhir bulan lalu.
Militer dalam keterangannya kepada media mengatakan, mereka memperoleh informasi bahwa pemberontak berencana melakukan penyerangan ke perkampungan San Antonio de Getucha. Sebelum menyerang, militer telah melancarkan operasi guna mencegah rencana serangan mereka (FARC).
"Kami berhasil masuk ke dalam perut basis komando pemberontak FARC di selatan," ujar militer dalam sebuah pernyataan. Dalam operasi tersebut, militer menjelaskan, terdapat banyak korban di pihak pemberontak.
Pertempuran intensif yang terjadi dalam beberapa pekan ini merupakan langkah tekanan FARC kepada pemerintah. Kedua belah pihak sesungguhnya telah mengupayakan negosiasi di Kuba guna mengakhiri perang yang telah berlangsung selama lima dekade. Namun kesepakatan damai tercederai oleh sikap keras setiap pihak. Perundingan tersebut dilaporkan mengalami perkembangan yang bagus awal pekan ini.
Kelompok Marxis meninggalkan kesepakatan gencatan senjata sepihak pada 20 Januari 2013. Kini mereka justru meningkatkan serangan, termasuk ke target militer, menculik, dan meledakkan infrastruktur minyak dan energi.
Pada Selasa, 12 Februari 2013, sejumlah pria bersenjata--diduga berasal dari pemberontak FARC--membunuh seorang anggota polisi dan remaja laki-laki, serta melukai 27 orang lainnya. Di antara korban cedera terdapat sejumlah anak-anak.
FARC melakukan serangan menggunakan granat dan senjata api di wilayah selatan Provinsi Guaviare. Presiden Kolombia Juan Manuela Santos mengatakan, gempuran militer akan berakhir hanya jika (FARC) sepakat pada perdamaian.
Sementara itu, dari Amerika Serikat diperoleh keterangan, Washington mendukung perang melawan FARC demi memperlemah kondisi pemberontak dan membatasi kemampuan mereka untuk menyerang sumber-sumber ekonomi negara. Hingga saat ini, FARC masih sanggup melakukan perlawanan terhadap militer pemerintah.
AL JAZEERA | BBC | CHOIRUL