TEMPO.CO, Seoul -- Korea Selatan kemarin akhirnya sukses meluncurkan roket yang membawa satelit ke antariksa di tengah ketegangan kawasan akibat peluncuran roket Korea Utara bulan lalu. Korea Selatan, yang berambisi menaklukkan ruang angkasa, akhirnya berhasil meluncurkan satelit setelah dua kali gagal.
Roket Korea Space Launch Vehicle-1 (KSLV-1) dengan berat 140 ton itu meluncur dari Pusat Antariksa Korea Selatan, Naro, di pesisir selatan kemarin siang. Roket yang juga disebut Naro itu berhasil melalui tahap pemisahan, sebelum memasuki orbit, sembilan menit kemudian sebelum melepaskan satelit.
“Setelah menganalisis beberapa data, roket Naro sukses menempatkan satelit ilmu pengetahuan di orbit,” kata Menteri Pendidikan, Ilmu, dan Teknologi Korea Selatan Lee Ju-ho kemarin. “Ini kesuksesan semua rakyat kami.”
Ju-ho mengatakan satelit ini bertugas mengumpulkan data cuaca. Roket ini dua kali mengalami pengunduran jadwal. Sebelumnya, pada 2009 dan 2010, Korea Selatan juga gagal melakukan misi yang sama.
Keberhasilan ini setidaknya bisa membalas kesuksesan negara tetangganya, Korea Utara, menyalip bulan lalu. Meski dibekap embargo dan sanksi, Korea Utara justru mampu meluncurkan roket tiga tingkat ke luar angkasa pada 12 Desember lalu. Meski demikian, satelit yang diluncurkan kabarnya tidak berfungsi.
Korea Selatan berambisi menyaingi Cina, Jepang, dan India dalam pengembangan roket antariksa untuk membawa satelit ke orbitnya. Mereka dibantu beberapa negara, termasuk Rusia.
“Keberhasilan ini membuat program roket Korea Selatan kembali ke jadwal semula,” kata analis luar angkasa Morris Jones. “Sebelumnya mereka tertekan, terutama setelah kesuksesan Korea Utara. Keberhasilan ini memberikan mereka rasa percaya diri.”
Saat ini Seoul tengah mengembangkan roket antariksa sendiri. Mereka juga sedang mengerjakan roket pendorong berbobot 10 ton. Proyek itu diharapkan selesai pada 2016. Presiden Institut Luar Angkasa Korea Selatan Kim Seung-jo mengatakan pihaknya terus mengerjakan proyek roket berbobot 300 ton yang mampu membawa satelit seberat 1,5 ton pada 2021. Namun Menteri Lee mengatakan rencana itu bisa dipercepat menjadi tahun 2018 atau 2019.
“Setidaknya proyek ini membutuhkan waktu 7 tahun, membangun prototipe dan membangun landasan,” kata Jones.
REUTERS | YONHAP | BBC NEWS | NATALIA SANTI