TEMPO.CO, HONG KONGSekitar 50 ribu warga Hong Kong kemarin berunjuk rasa di jalanan menuntut Leung Chun-ying mundur. Kemarahan warga terhadap Leung, yang baru terpilih Juli lalu sebagai pemimpin Hong Kong, memuncak gara-gara skandal rumah mewah ilegal miliknya.
“Kami akan terus bersuara meski situasi memburuk,” kata Billy Li, seorang mahasiswa yang turut serta dalam demonstrasi tersebut. Para pengunjuk rasa membawa spanduk bergambarkan Leung sebagai vampir dan serigala. Mereka juga meneriakkan kalimat, “Turunlah, Leung Chun-ying.”
Selain unjuk rasa, Leung menghadapi mosi tidak percaya parlemen Hong Kong. Menghadapi kemarahan warga, Leung telah meminta maaf dan mengakui kesalahannya, yakni melakukan renovasi rumah tanpa izin dengan menggunakan terali kayu serta penutup kaca—hal yang sangat sensitif di salah satu kawasan dengan biaya perumahan termahal di dunia.
Apalagi, naiknya Leung sebagai petinggi Hong Kong terjadi setelah rival utamanya, Henry Tang, jatuh gara-gara skandal struktur ilegal di rumahnya.
Kesempatan ini juga dimanfaatkan warga Hong Kong untuk menekan Beijing agar pemimpin masa depan dapat dipilih secara langsung. Beijing sempat berjanji bahwa pemimpin Hong Kong dapat dipilih langsung paling cepat pada 2017, sedangkan anggota parlemen dipilih langsung pada 2020.
“Kami berharap mundurnya Leung akan membuka jalan pemilihan demokratis di Hong Kong,” ujar Jackie Hung, juru bicara kelompok pendemo, Front Hak Asasi Manusia Sipil kepada AFP. “Pemimpin yang tidak demokratis menghasilkan kebijakan yang tidak pro-rakyat,” ia menegaskan.
Sejak kembali dalam kekuasaan Cina pada 1997, sekitar 7 juta penduduk Hong Kong memilih pemimpin mereka secara tidak langsung. Pemimpin Hong Kong ditunjuk oleh 1.200 anggota parlemen yang merupakan kepanjangan tangan Partai Komunis Cina.
L CHANNEL NEWS ASIA | AL JAZEERA | SOUTH CINA MORNING POST | SITA PLANASARI AQUADINI