TEMPO.CO, Yerusalem - Israel menolak permohonan puluhan pencari kewarganegaraan yang hampir semuanya berasal dari Eritrea, Afrika. Mereka masuk ke Israel dari Mesir. Demikian keterangan kelompok hak asasi manusia, Ahad, 28 Oktober 2012.
Human Rights Watch (HRW) dan dua organisasi non-pemerintah mengatakan, "Sejak Juni 2012, Israel meningkatkan patroli pembangunan pagar perbatasan dengan Sinai, Mesir. Patroli ini bertujuan sebagai bentuk penolakan terhadap masuknya imigran asal Afrika, yang hampir semuanya dari Eritrea."
Pencari kewarganegaraan dari Afrika di perbatasan Mesir-Israel kian meningkat sejak Israel mulai membangun pagar pembatas sepanjang 250 kilometer di wilayah perbatasannya dengan Mesir. Pagar ini diperkirakan akan selasai pada akhir tahun ini.
Sebuah laporan yang ditulis oleh HRW, Hotline for Migrant Workers dan Physicians for Human Rights, yang diterbitkan pada Ahad, 28 Oktober 2012, menyebutkan bahwa serdadu Israel diduga menolak memberikan makanan dan minuman kepada para imigran, memukulinya dengan kepalan tangan dan senjata, serta menekannya agar kembali ke perbatasan Israel-Mesir menggunakan pentungan.
Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa Menteri Dalam Negeri Eli Yishai menulis surat kepada Perdana Menteri Binyamin Netanyahu dan Menteri Kehakiman agar memberi izin menahan kaum imigran asal Afrika di Israel.
Organisasi non-pemerintah ini memperkirakan lebih dari 60 ribu bangsa Afrika hidup secara ilegal di Israel, kebanyakan mereka tingggal di sebelah selatan Tel Aviv. Warga Sudan dan Eritrea masuk ke Israel umumnya melalui Gurun Sinai, Mesir.
AL JAZEERA | CHOIRUL