TEMPO.CO, Wina - Sebuah museum terkemuka di Wina memutuskan untuk menutupi "bagian intim" dari tiga poster raksasa pemain sepak bola yang berpose telanjang. Sebelumnya, warga memprotes poster itu karena dianggap tak etis.
"Kami mendapat banyak, banyak sekali keluhan," kata juru bicara Museum Leopold, Klaus Pokorny. Gambar-gambar itu disebar di berbagai penjuru kota sebagai bagian promosi pameran foto bertajuk "Naked Man" di museum ini.
"Kita tidak menyadari bahwa akan ada banyak sekali orang yang benar-benar marah. Kami takut tentang keamanan dan perlindungan para pengunjung museum," ujarnya, menjelaskan alasan mengapa akhirnya menutupi bagian itu.
Dia mengatakan, kertas merah akan digunakan untuk menyembunyikan alat kelamin pada sekitar 180 poster di seantero Wina. Tapi poster kecil akan dibiarkan saja.
"Banyak orang mengatakan kepada kami bahwa mereka ingin atau harus melindungi anak-anak mereka," kata Pokorny. Beberapa orang telah memperingatkan, jika tidak juga ditutupi, mereka akan pergi ke sana dengan kuas dan akan menutupinya dengan warna lain," katanya.
Pameran Leopold, yang akan berlangsung sampai 28 Januari, dirancang untuk menunjukkan bagaimana penggambaran ketelanjangan laki-laki telah berkembang dalam sejarah seni.
Karya seni sekitar 300 koleksi akan dipamerkan, termasuk foto kontroversial oleh seniman Prancis, Pierre & Gilles, yang disebut "Vive La France". Dalam foto itu, tiga orang dari ras yang berbeda tidak mengenakan pakaian apa-apa, kecuali kaus kaki warna biru, putih, dan merah, serta sepatu sepak bola.
"Sebelumnya, pameran dengan tema ketelanjangan sebagian besar terbatas pada perempuan saja," kata Leopold dalam situsnya. "Pameran 'laki-laki telanjang' akan menawarkan gambaran yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang ketelanjangan laki-laki."
REUTERS | TRIP B