TEMPO Interaktif, Nusa Dua - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak seluruh anggota pertemuan Asia Timur (East Asia Summit-EAS) ke-6 memastikan tidak terjadi tumpang tindih dan pemborosan waktu dengan banyaknya pertemuan multilateral yang muncul 10 tahun terakhir ini.
"Mari kita pastikan tidak terjadi tumpang tindih yang tidak semestinya," kata SBY saat membuka pertemuan EAS ke-6 di gedung Bali International Convention Center, Nusa Dua, Bali, Sabtu 19 November 2011.
SBY menyebut beberapa pertemuan multilateral seperti pertemuan G-20 dan pertemuan APEC di Honolulu awal pekan November lalu.
Dalam kesempatan itu SBY juga menyinggung tentang EAS yang terlambat sekitar 30 menit karena anggotanya masih harus menghadiri pertemuan lain sebagai rangkaian dari Konferensi Tingkat Tinggi ke-19 ASEAN.
SBY kemudian memajukan empat agenda penting untuk dibahas dalam EAS ke-6 yang untuk pertama kalinya diikuti Amerika Serikat dan Rusia.
Agenda itu meliputi upaya bersama EAS untuk mempererat ekonomi di kawasan Asia Timur, membangun landasan dan tindakan nyata untuk meningkatkan ketahanan pangan, energi, air, dan perubahan iklim. Agenda lainnya, bersama-sama mengatasi ancaman kejahatan nontradisional seperti bencana, terorisme, dan kejahatan lintas negara serta memelihaa perdamaian, keamanan, dan ketertiban di kawasan Asia Timur.
Pertemuan EAS ke-6 diikuti seluruh anggota ASEAN bersama Amerika Serikat, Rusia, Cina, India, Australia, dan Selandia Baru. Hadir pula Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon dan pejabat Bank Pembangunan Asia (ADB).
Menurut SBY, EAS memiliki obligasi moral untuk membangun perekonomian global. Hal itu didasarkan pada total jumlah populasi penduduk anggota EAS sebesar 3,8 miliar orang atau lebih dari setengah jumlah penduduk dunia serta kekuatan ekonomi EAS senilai US$ 3 triliun atau lebih dari setengah GDP dunia.
Sebelum EAS digelar, telah berlangsung pertemuan bilateral antara Indonesia dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, pertemuan ASEAN dan PBB, pertemuan bilateral Indonesia-India, serta ASEAN dengan India.
MARIA RITA