TEMPO Interaktif, Nusa Dua - Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Gatot S. Dewa Broto mengungkapkan sekitar 130 jurnalis Amerika Serikat telah mendaftar meliput KTT ASEAN dan acara-acara terkait dengan itu lainnya.
Tapi bukan Amerika Serikat jika tak bisa menoleransi satu pun kesalahan yang membuat kerja media mereka dalam menyampaikan pesan presidennya kepada dunia terganggu. Mereka juga ingin memastikan pemimpinnya aman berada di satu tempat.
Untuk memastikan kelancaran kerja media ini, sebuah tim pendahulu telah menemui Tim Kementerian Komunikasi dan Informasi, Jumat 11 November 2011, untuk menanyakan apakah panitia bisa memastikan pesan-pesan pemimpin AS sampai dengan baik kepada dunia.
"Pertanyaan-pertanyaan mereka detail sekali," kata Gatot S. Dewa Broto kepada Antara di Media Centre KTT ASEAN, Nusa Dua, Bali, Minggu 13 November 2011
Gatot menyebutkan, tim pendahulu AS ini menanyakan soal-soal teknis yang terperinci seperti akses satelit untuk kelancaran siaran dan kapasitas bandwidth untuk transmisi konten berita.
"Mereka juga menanyakan apa kami menentukan apa yang boleh dan tidak untuk media. Kami jawab, tidak. Semua mendapatkan akses dan perlakuan sama, termasuk media massa Amerika Serikat," tutur Gatot.
Gatot mengaku memahami pertanyaan bernada menguji kesiapan Indonesia dalam menggelar perhelatan internasional dari tim pendahulu AS itu. Namun dia memastikan permintaan-permintaan itu tak boleh merongrong kerja panitia Indonesia.
Tim pendahulu yang datang di pekan sama dengan datangnya pesawat pengangkut logistik kebutuhan Presiden Barack Obama ini dipimpin oleh Atase Pers Kedubes AS di Jakarta dan pejabat teras Gedung Putih.
WDA | ANT