Uniknya, di bekas eks Soviet itu, para pemilih tak punya ide partai apa yang bakal menang mayoritas di kursi parlemen yang baru dan akan memilih seorang perdana menteri yang bakal menjadi pemimpin.
“Rakyat tak menderita amnesia. Rakyat kami tahu sejarah mereka. Mereka bakal bangkit dengan cepat membentuk sebuah republik parlementer dan melindunginya,” ujar Presiden Roza Otunbayeva setelah memberikan suaranya di sebuah sekolah musik di Ibukota Bishkek.
Setelah hampir dua dekade kegagalan penguasa otoriter, para pemimpin sementara ingin menguatkan seorang perdana menteri untuk mengembalikan stabilitas di republik mini tersebut. Juni lalu bentrokan berdarah antara etnis Kyrgyz dan Uzbeks menewaskan lebih dari 400 orang.
Reuter | AP | dwi a