Keputusan itu dibuat serangkaian tes final yang berlangsung sukses kemarin. Meskipun sistem itu tanpa kontroversi dan gembar-gembor di Israel, sejumlah negara, termasuk India, tertarik membelinya.
Disamping hal itu potensial menajamkan kemampuan strategis Israel, banyak pengamat yakin sistem telah mencapai dampak luas menyangkut kendali senjata dan stabilitas global.
Iron Dome adalah sistem pertahanan udara bergerak yang sudah dibangun oleh Rafael Advance Defense Systems Israel. Perusahaan pelat merah itu punya rekam jejak memproduksi macam-macam sistem senjata canggih termasuk rudal Popeye laut mencegat misil udara, Spoke pemandu misil anti tank dan sistem persenjataan Typhoon.
Iron Dome ini jawaban Israel atas ancaman roket-roket jarak pendek dan menegah yang bisa meluncur sejauh 35 hingga 45 mil. Inilah sepotong pertahanan Israel final menghadapi serangan-serangan udara. Hal itu juga tampaknya garis pertahanan baru dengan Panah Amerika Serikat-Israel sebagai perlindungan utama untuk negeri Yahudi tersebut.
"Iron Dome adalah solusi pertahanan bergerak yang efektif dan inovatif untuk merontokkan roket-roket jarak pendek dan pelindung ancaman artileri kaliber 155 mm... dalam segala kondisi cuaca, termasuk awan rendah, hujan, hingga badai debu atau kabut," demikian dari brosur resmi produk itu. "Sistem ini menggunakan interseptor dengan hulu ledak spesial yang meledakkan target apapun di udara dalam hitungan detik."
"Terobosan Iron Dome tak hanya mencegat misil-misil, tapi konsep baru berdasarkan komando tingkat tinggi dan kendali teknologi yang secara otomatis mencegah ancaman intersepsi dan yang melenyapkannya dalam 15 hingga 90 detik," kata Barbara Opall-Rome, Kepala Biro Berita Pertahanan Israel, hari ini di Yerusalem.
Termasuk dalam percobaan kemarin, dilaporkan juga bahwa sistem itu bisa mendeteksi secara simultan peluncur-peluncur dari arah bervariasi dan menganulir suatu ancaman nyata dan yang bisa dihabisi.