TEMPO Interaktif, Kopenhagen
Forum Legislator Globe, Kopenhagen, bersepakat merancang segara draf baru segera penyelamatan terumbu karang dunia dari bahaya kepunahan—termasuk terumbu karang Indonesia. “Pemerintah Indonesia perlu menetapkan political will tentang manajemen berkelanjutan, sebagai bagian dari upaya serius menyelamatkan terumbu karang Indonesia, “ujar Dr. Samuel Fankhaser kepada Tempo, dalam sebuah wawancara pada Minggu petang, 25 Oktober.
Fankhauser adalah Peneliti Senior Grantham Research Institute untuk Perubahan Cuaca dan Lingkungan, The London School of Economics. Dia membuat presentasi utama tentang kerusakan terumbu karang dunia, yang amat menyedot perhatian Forum, pada Minggu siang. Kepada Tempo, Fankhauser menyatakan,Indonesia termasuk dalam kelompok negara paling parah kerusakan koralnya.
Kesepakatan memasukan isu terumbu karang dalam draf khusus Forum Legislator Globe, ditetapkan pada Minggu petang, 25 Oktober. Pada sesi pembukaan pagi hari, Indonesia—sebagai tuan rumah Coral Triangle Manado, Mei 2009—diberi kesempatan menyampaikan kondisi terkini terumbu karang ke hadapan 120 lebih legislator peserta Forum.
Bomer Pasaribu, legislator yang mewakili parlemen Indonesia menekankan, lautan Indonesia mengandung berjenis-jenis terumbu karang, aneka ragam ikan, serta kekayaan isi laut yang luar biasa. Namun berjenis-jenis koral dan kekayaan bahari itu kini menghadapi ancaman serius karena perubahan cuaca global, ditambah pengerukan isi laut secara serampangan semata-mata demi kepentingan ekonomi. Untuk itu, Indonesia menyerukan agar disegerakan kerjasama global untuk mencegah kepunahan terumbu karang Indonesia.
Para legislator Forum, termasuk Indonesia, Cina, Brazil dan Inggris, akan segera mengagendakan pembicaraan lanjutan agar ada langkah-langkah konkrit mencegah terumbu karang dunia dari kepunahan. Publikasi Marine Pollution Bulletin pada Oktober lalu, menyebutkan tingkat CO2 dunia haruslah di bahwa 350 ppm untuk mencegah kerusakan katastropik terumbu karang dan isi laut lainnya—sebagai akibat pencemaran laut. Padahal, level CO2 terkini sudah mencapai 387 ppm. Urgensi draf baru untuk penyelamatan koral dunia dirasakan kian penting karena level CO2 yang direncanakan untuk COP15 bahkan mencapai 450 ppm.
Itulah sebabnya, Forum Legislator Globe, bersepakat merancang strategi baru untuk membahas karang dunia. “Indonesia harus berupaya memasukkan isu terumbu karang ke dalam COP 15. Yang amat diperlukan adalah strategi, kebijakan politik, dan manajemen yang fokus, agar suara Indonesia bisa lebih didengar di COP15, Desember mendatang, “kata Samuel Fankhauser. Bomer Pasaribu, kepada Tempo mengaku sangat senang, karena isu terumbu karang, mendapatkan tempat yang patut dalam Forum Legislator Globe. “Ini follow up dari Coral Triangle, dan inilah pertama kalinya terumbu karang berhasil diagendakan dalam pembicaraan perubahan cuaca di tingkat global, “ujarnya.
Hermien Y. Kleden (Kopenhagen, Denmark)