Kunjungan pemimpin spiritual Tibet, yang ditujukan untuk menghibur korban Topan Morakot, telah menunjukkan tantangan paling serius kepada hubungan antara pulau (Taiwan) dan daratan (Cina) sejak Presiden Ma Ying-jeou mulai menjabat 15 bulan lalu.
Partai yang berkuasa Taiwan mengatakan, pihaknya mengirim utusan ke Cina minggu lalu untuk mencoba menjelaskan mengapa Ma menyetujui kunjungan. "Sikap Beijing ini penting bagi kami, jadi kami mencoba menjelaskan kepada mereka tentang pemikiran orang Taiwan," papar wakil seketaris Partai Nasionalis Jenderal Chang Rong-kung. Namun, dia tidak mengatakan bagaimana tanggapan Cina.
Cina telah membatalkan atau ditunda paling tidak dua rencana kunjungan ke Taiwan, dan upacara-upacara yang ditujukan untuk menandai ekspansi layanan transportasi udara secara langsung, kata juru bicara Partai Nasionalis Chen Shu-rong. Cina telah mengatakan delegasi tidak akan bergabung pada Hari Sabtu, untuk upacara pembukaan Olimpiade Tuli di Taipei.
Seorang pejabat di China Southern Airlines, mengatakan bahwa tidak ada upacara untuk penerbangan langsung, yang sebelumnya telah direncanakan. Sebelumnya, Cina telah memperingatkan bahwa kunjungan Dalai Lama akan mempunyai pengaruh negatif pada hubungan antara daratan dan Taiwan.
Oposisi mengundang Dalai Lama untuk mengunjungi dan menghibur korban bencana alam yang menewaskan 670 orang. Ma kemudian menyetujui kunjungan tapi mengatakan ia tidak akan bertemu dengan pemimpin spiritual itu.
Cina dan Taiwan berpisah setelah perang sipil di tahun 1949, tetapi Beijing menganggap pulau itu sebagai bagian dari wilayahnya. Sejak menjabat tahun lalu, Ma menggerakkan ekonomi Taiwan lebih dekat ke Cina dan diucapkannya berulang-ulang demi sebuah perjanjian perdamaian. Hasilnya telah meredakan ketegangan antar dua pihak, yang menjadi konflik paling abadi d dunia.
Sementara dalam kunungannya, Senin (31/8), Dalai Lama menyerukan kepada semua warga Taiwan untuk bekerja keras dan menjaga demokrasi --komentar yang hampir pasti akan dibenci oleh para pemimpin komunis China.
Pada hari Selasa, ia memimpin doa massal di kota selatan Kaohsiung, yang diikuti sekitar 10.000 jamaah dalam mantra Buddha. Sambutannya sangat religius, dan tidak menyingung hal berbau politik.
AP| NUR HARYANTO