TEMPO.CO, Jakarta - Seruan pemindahan paksa di seluruh kota oleh Israel yang pertama kali dilakukan terhadap kota kuno Baalbek di timur Lebanon diikuti dengan serangan udara, dilaporkan Al Jazeera.
Israel minggu ini mengeluarkan perintah evakuasi di seluruh kota untuk pertama kalinya sejak meningkatkan serangannya di Lebanon pada akhir September lalu.
Puluhan ribu orang telah melarikan diri dari Baalbek, kota terbesar di Lebanon timur, menyusul seruan pemindahan paksa oleh Israel ke kota tersebut dan desa-desa di sekitarnya.
Perintah Israel pada Rabu dan Kamis yang mengatakan bahwa mereka bersiap untuk menyerang target-target kelompok Hizbullah Lebanon diikuti dengan serangan-serangan ke kota tersebut.
Pada Rabu, perintah pemindahan awal langsung menimbulkan kekhawatiran.
"Orang-orang panik, berlarian dalam kebingungan, saling bertabrakan, tidak yakin ke mana harus pergi atau apa yang harus dilakukan," kata Roula Zeaiter, manajer program untuk RDFL (The Lebanese Women Democratic Gathering), menggambarkan bagaimana lingkungan yang padat, banyak keluarga pengungsi yang melarikan diri dari pengeboman Israel di Lebanon selatan dan sekitarnya, dikosongkan dengan cepat.
"Beberapa menit setelah perintah untuk pergi datang, jalan-jalan dipenuhi dengan orang-orang yang mengambil barang-barang mereka, mengunci rumah mereka dan menutup toko-toko mereka," kata Zeaiter kepada organisasi mitra RDFL, ActionAid. "Kami berebut seperti tikus yang ketakutan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Lebanon menjadi seperti Gaza, dengan pasukan Israel menggunakan taktik yang sama."
Beberapa jam setelah seruan pemindahan paksa pada hari Rabu, serangan udara menghantam kota dan sekitarnya, demikian konfirmasi dari wali kota Baalbek, Mustafa al-Shall.
Sembilan belas orang tewas, termasuk delapan wanita, Kementerian Kesehatan Masyarakat Lebanon melaporkan.
Apa yang membuat Baalbek terkenal?
Kota berpenduduk sekitar 80.000 jiwa ini menghadap ke Lembah Bekaa di Lebanon timur. Puncak bukit Tell Baalbek, bagian dari lembah di sebelah timur Lembah Beqaa utara menunjukkan tanda-tanda penghunian yang hampir terus-menerus selama 8.000-9.000 tahun terakhir.
Dalam situs UNESCO, Baalbek digambarkan sebagai sebuah kota tempat tiga serangkai dewa disembah, dikenal sebagai Heliopolis selama periode Helenistik.
Kota ini mempertahankan fungsi religiusnya selama masa Romawi, ketika tempat suci Jupiter Heliopolis menarik ribuan peziarah. Baalbek, dengan struktur kolosalnya, merupakan salah satu contoh terbaik dari arsitektur Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya.
Kompleks kuil di Baalbek terletak di kaki lereng barat daya Anti-Lebanon, berbatasan dengan dataran subur Bekaa di ketinggian 1150 m. Kota Baalbek mencapai puncak kejayaannya pada zaman Romawi. Konstruksi kolosalnya yang dibangun selama lebih dari dua abad, menjadikannya salah satu tempat suci paling terkenal di dunia Romawi dan model arsitektur Kekaisaran Romawi. Para peziarah memadati tempat suci ini untuk memuja tiga dewa, yang dikenal dengan nama Triad Heliopolis yang diromanisasi, yang pada dasarnya merupakan kultus Fenisia (Jupiter, Venus, dan Merkurius).
Baalbek menjadi salah satu tempat suci paling terkenal di dunia kuno, yang secara progresif dilapis dengan konstruksi kolosal yang dibangun selama lebih dari dua abad. Ansambelnya yang monumental adalah salah satu kesaksian paling mengesankan dari arsitektur Romawi pada masa kekaisaran.
Baalbek ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1984 untuk kompleks kuil Romawi kuno. UNESCO menggambarkan kuil-kuil ini sebagai "salah satu contoh terbaik dari arsitektur Kekaisaran Romawi pada puncaknya" dan menarik wisatawan dari seluruh dunia.
Pariwisata menghidupi sebagian besar penduduk setempat, namun demikian juga pertanian dan kerajinan tradisional seperti pembuatan permadani dan kerajinan tembaga.
Ketika Israel menargetkan Baalbek, beberapa penduduk berlindung di kuil-kuil tersebut dengan harapan status warisan budaya reruntuhan dapat memberikan perlindungan, lapor NPR.