TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Hubungan Internasional Universitas Andalas, Sumatera Barat, Virtuous Setyaka berpandangan siapapun pemenang Pemilu Amerika Serikat tidak akan berdampak kepada konflik di Timur Tengah. Sebab Israel adalah mitra strategis Amerika di wilayah tersebut.
"Baik Donald Trump ataupun Kamala Harris yang menang, dukungan Amerika akan tetap berlanjut ke Israel. Walaupun Kamala Haris tidak secara terang-terangan, dibandingkan Trump," katanya saat diwawancarai Tempo pada Jumat 18 Oktober 2024.
Pemilu Amerika Serikat akan diselenggarakan pada 5 November 2024. Dua kandidat yang maju adalah Trump dari Partai Republik dan Harris dari Partai Demokrat.
Menurut Virtuous, pada masa kepemimpinan Trump (ketika dia dulu menjabat sebagai presiden), dukungan Amerika terhadap Israel lebih besar. Meskipun saat itu eskalasi perang Gaza tidak begitu besar dan menyebar ke wilayah lain. "Karena menurut kepentingan nasional Amerika di bawah Trump, Israel itu menjadi fraksi strategis mereka di Timur Tengah," katanya.
Sedangkan Harris, tidak seterbuka Trump dalam mendukung Israel. Namun arahnya masih sama, sehingga tidak bisa berharap banyak berhentinya perang di Timur Tengah saat pergantian Presiden Amerika.
"Dua partai yang selalu menang Pemilu Amerika ini, bahkan isu Palestina menjadi bahan untuk mendulang suara dalam Pemilu,"ucap Virtuous.
Menurutnya, pada 2020 banyak orang berharap ketika peralihan Trump ke Joy Biden - kebijakan Amerika Serikat terhadap Israel akan sama saja. Ternyata tidak, sehingga ini harus menjadi pelajaran bagi para calon pemilih yang pro-Palestina.
"Jadi siapapun yang menang, tidak akan berdampak signifikan terhadap perang di Gaza dan Lebanon. Baik Demokrat ataupun Republik arah Amerika masih sama. Saya rasa paska-pemilu Amerika ini, eskalasi perang di Gaza akan lebih besar," katanya.
Virtuous menilai jika berharap pemilu Amerika akan berdampak kepada penghentian perang di Timur Tengah, maka harus ada calon presiden alternatif. Sampai berita ini diturunkan, ada satu bakal calon alternatif yang mungkin bisa mengubah kebijakan Amerika terhadap konflik di Timur Tengah yakni Jill Stein dari Partai Hijau, namun (peluangnya) sangat sulit.
"Saya melihat bakal calon Presiden Amerika yang memang pro-Palestina adalah Jil Stein. Hal ini sudah terbukti dengan bagaimana Jil menggalang dukungan kepada komunitas Arab di Amerika.," ucapnya.
Selain itu, dalam Pemilu Amerika juga ada kepentingan elite Israel ataupun Yahudi sebagai tim lobby dan pendanaan masing-masing calon. Walhasil akan sulit untuk berharap perang Gaza berhenti.
Pilihan editor: Ganjar-Mahfud Pastikan Hadiri Pelantikan Prabowo Subianto
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini