TEMPO.CO, Jakarta - Agresi Israel atas Gaza kian mempertajam permusuhan antara negara zionis itu dan Hizbullah yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Selama berbulan-bulan, Israel dan Hizbullah saling mengawasi dan sesekali menyerang teritori lawan. Namun, dalam 13 hari terakhir, terjadi peningkatan dramatsi dalam kekerasan antara Hizbullah dan militer Israel.
Israel mengawali serangan-serangan yang dilakukan Mossad terhadap Hizbullah dengan gelombang ledakan pager dan walkie-talkie, yang menewaskan puluhan orang dan melukai ribuan lainnya. Belum pulih dari keterkejutan dan kehilangan akibat ledakan-ledakan alat komunikasi, Israel menggempur Lebanon dengan serangan-serangan udara dan serangan roket.
Berdalih menyerang target-target Hizbullah, Israel melakukan serangan udara membabi-buta terhadap pemukiman-pemukiman padat di Lebanon selatan. Dilansir Al Jazeera, dengan menggunakan sebagian besar kekuatan udara Israel, lebih dari 1.300 target dihantam di seluruh Lebanon. Ini merupakan tingkat serangan udara yang paling intens yang pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Empat hari kemudian, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah terbunuh, bersama dengan sekelompok komandan senior yang sedang ia temui, ketika 85 bom "bunker-buster" dijatuhkan di pinggiran selatan Beirut, dalam sebuah serangan pemenggalan brutal yang meruntuhkan beberapa bangunan di daerah yang sedang dibangun.
Meskipun demikian, Hizbullah terus menembakkan roket dan rudal ke target-target Israel. Kampanye udara tidak akan menjadi solusi bagi masalah Israel. Hizbullah telah mempersiapkan skenario yang tepat ini selama bertahun-tahun dan telah menyebarkan pasukan roketnya ke seluruh penjuru negeri.
Jadi apa rencananya?
Al Jazeera memaparkan beberapa skenario Israel untuk mengalahkan Hizbullah.
Setelah mengirim bala bantuan ke utara, divisi ke-98 pasukan lintas udara yang telah teruji tempur, serta mengaktifkan pasukan cadangan yang bertugas di unit-unit yang tergabung dalam Komando Utara, Israel mengirimkan sinyal: Israel serius dengan niatnya dalam menghadapi Hizbullah.
Berbicara kepada pasukan di perbatasan utara, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan "menyingkirkan Nasrallah adalah langkah yang sangat penting, tetapi itu bukan segalanya.
"Kita akan menggunakan semua kemampuan yang kita miliki. Jika seseorang di sisi lain tidak memahami apa arti kemampuan itu, itu semua adalah kemampuan, dan Kalian adalah bagian dari upaya ini," katanya kepada pasukan seperti dikutip Al Jazeera.
Apakah Israel mampu membasmi Hizbullah?
Ini sangat tidak mungkin. Kelompok ini tertanam dalam masyarakat Lebanon, terutama dalam populasi Syiah di bagian selatan negara itu.
Sama seperti Hamas, Hizbullah adalah gagasan. Berusaha membasmi sebuah gagasan hanya akan membuatnya semakin kuat.
Juru Bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari pada 19 Juni 2024, bahkan mengakui tujuan perang Israel untuk membasmi Hamas tidak mungkin tercapai.
"Usaha untuk menghancurkan Hamas, membuat Hamas menghilang - itu hanya melemparkan pasir ke mata publik," kata Hagari kepada Channel 13 dalam sebuah wawancara. "Hamas adalah sebuah ide, Hamas adalah sebuah partai. Ini berakar di hati masyarakat - siapa pun yang berpikir bahwa kita dapat melenyapkan Hamas adalah salah," lanjutnya, seperti dikutip The Times of Israel.
Israel pernah mencoba menghancurkan Hizbullah pada 2006. Hal itu justru membuat Israel terlihat lemah karena arti kemenangan bagi Hizbullah saat itu adalah hanya perlu bertahan hidup dalam konflik - sebuah standar yang rendah.