Yunani
Negara yang terpilih sebagai anggota DK PBB untuk periode 2025-26 pada awal tahun ini mengatakan bahwa eskalasi ini menunjukkan kegagalan internasional secara kolektif.
"Kami belum mencegah meluasnya perang, dan semakin menyebarnya perang ini, semakin rumit pula situasinya untuk diselesaikan," kata Menteri Luar Negeri George Gerapetritis kepada kantor berita Reuters.
"Lebanon dapat dengan mudah menjadi zona permusuhan yang luar biasa, dan ini adalah sesuatu yang tidak dapat kita tangani. Ini adalah ladang ranjau yang jelas."
Prancis
Prancis mengatakan serangan di kedua sisi perbatasan harus "segera diakhiri" dan menyerukan pertemuan darurat DK PBB untuk mengatasi konflik tersebut.
"Saya memikirkan rakyat Lebanon karena serangan Israel baru saja menewaskan ratusan warga sipil, termasuk puluhan anak-anak," kata Menteri Luar Negeri Jean-Noel Barrot. "Serangan-serangan yang dilakukan di kedua sisi Garis Biru, dan di wilayah yang lebih luas, harus segera diakhiri."
Belgia
Wakil Perdana Menteri Belgia, Petra de Sutter, mengatakan bahwa ia "terkejut" dengan jumlah korban yang jatuh akibat serangan Israel ke Lebanon.
"492 nyawa melayang di Lebanon. +1600 orang terluka. Puluhan ribu orang diperintahkan untuk meninggalkan rumah mereka. Dalam 1 hari," tulisnya di X.
"Serangan yang mengerikan oleh Israel ini tidak akan menghasilkan solusi apa pun untuk wilayah ini. Hanya diplomasi yang akan membawa warga pulang dengan selamat. Hanya gencatan senjata yang akan mengakhiri penderitaan ini," tambahnya.
Cina
Menteri Luar Negeri Wang Yi mengatakan Cina dengan tegas mendukung Lebanon dalam menjaga kedaulatannya dan mengutuk keras serangan Israel.
"Kami memperhatikan dengan seksama perkembangan di wilayah ini, terutama ledakan peralatan komunikasi baru-baru ini di Lebanon, dan dengan tegas menentang serangan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil," kata Wang kepada mitranya dari Lebanon, Abdallah Bou Habib, menurut Kementerian Luar Negeri.
Wang mengatakan bahwa China akan berdiri di "sisi keadilan dan di sisi saudara-saudara Arab, termasuk Lebanon", menurut pernyataan tersebut.
Rusia
Kremlin mengatakan bahwa eskalasi konflik antara Israel dan Hizbullah berisiko mendestabilisasi wilayah tersebut.
"Tentu saja, ini adalah sebuah peristiwa yang berpotensi sangat berbahaya," yang berisiko memperluas zona konflik dan "destabilisasi penuh wilayah", kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada para wartawan.
Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, mengatakan, "Sangatlah mendesak untuk menghentikan spiral kekerasan sebelum situasi menjadi semakin tidak terkendali. Kami menyerukan penghentian permusuhan segera."
"Kita harus melakukan segala sesuatu yang mungkin untuk mencegah Timur Tengah terjerumus ke dalam konflik bersenjata berskala penuh, yang akibatnya pasti akan berdampak pada semua orang di wilayah tersebut dan sekitarnya," tambahnya.
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Israel Bombardir Lebanon, Maskapai Ramai-ramai Batalkan Penerbangan ke Beirut