TEMPO.CO, Jakarta - Upaya pembunuhan terhadap presiden dan calon presiden telah menjadi “tradisi” dalam kehidupan politik Amerika Serikat (AS), kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova pada Minggu, 14 Juli 2024. Ucapan itu untuk menyindir insiden penembakan pekan lalu terhadap mantan presiden AS Donald Trump, yang akan kembali mencalonkan diri dalam pilpres AS 2024.
Zakharova mengklaim Presiden AS Joe Biden telah mengakui dalam sebuah pernyataan upaya pembunuhan terhadap presiden, kandidat, tokoh terkemuka, dan tokoh politik merupakan manifestasi menyakitkan dari kehidupan politik dalam negeri AS.
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip Anadolu, ia menambahkan, “Biden seharusnya mengatakan hal ini bukan hanya merupakan manifestasi menyakitkan dari kehidupan politik dalam negeri AS tetapi juga sebuah ‘tradisi’.”
Trump, 78 tahun, sedang mengadakan kampanye di Pennsylvania – salah satu negara bagian penting dalam pilpres pada 5 November mendatang – ketika tiba-tiba terdengar tembakan, dan telinga kanannya tampak terluka sehingga membuat wajahnya terciprat darah. Tim kampanye Trump mengatakan ia baik-baik saja.
Satu orang di antara kerumunan kampanye tersebut tewas dan dua lainnya terluka, sebelum agen Dinas Rahasia AS menembak mati tersangka. Trump tampak berpaling dari kerumunan untuk melihat layar sebelum suara tembakan terdengar. Agen Dinas Rahasia kemudian mengerumuni dia dan merunduk di belakang podium, lalu membawanya turun dari panggung menuju kendaraan yang menunggu untuk membawanya pergi.
Dalam sebuah pernyataan, Dinas Rahasia AS mengatakan penembak melepaskan beberapa tembakan ke arah panggung dari posisi tinggi dari luar lokasi kampanye. Trump, sebagai mantan presiden, mendapat perlindungan seumur hidup dari Dinas Rahasia AS.
“Dua bulan lalu, saya memperhatikan fakta AS benar-benar memupuk kebencian terhadap lawan politik, serta memberikan contoh tradisi Amerika dalam upaya pembunuhan dan pembunuhan terhadap presiden dan calon presiden,” kata Zakharova dalam pernyataan terpisah di saluran aplikasi pesan Telegram di Rusia.
Badan cabang legislatif federal AS Layanan Penelitian Kongres (CRS) mengatakan serangan langsung terhadap presiden, presiden terpilih, dan kandidat telah terjadi setidaknya 15 kali secara terpisah di Amerika Serikat, dan lima di antaranya berujung pada kematian.
Menurut catatan tersebut, empat presiden AS dibunuh saat masih menjabat. Tiga presiden lainnya terluka tetapi selamat dari upaya pembunuhan, saat masih menjabat atau setelahnya. Sementara itu, seorang calon presiden yaitu Robert F. Kennedy dibunuh pada 1968 di usia 42 tahun oleh seorang pria bersenjata di Hotel Ambassador di Los Angeles.
ANADOLU | REUTERS
Pilihan editor: Mensos Risma Bicara di Forum PBB soal Pentingnya Data dan Pemanfaatan Teknologi Atasi Kemiskinan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini