Bebas Membakar Rumah Warga Palestina
Kesaksian-kesaksian tersebut juga mengungkapkan kebijakan sistematis untuk membakar rumah-rumah warga Palestina setelah mendudukinya. Green secara pribadi menyaksikan dua kasus seperti itu, satu inisiatif independen oleh seorang tentara dan yang lainnya bertindak atas perintah dari seorang perwira komandan. "Sebelum pergi, Anda membakar rumah - setiap rumah," B menegaskan. "Hal ini didukung oleh komandan batalion. Hal ini dilakukan agar [warga Palestina] tidak bisa kembali."
Skala kehancuran yang digambarkan oleh para tentara sangat mengejutkan. Green menyatakan bahwa unitnya "menghancurkan semua yang kami inginkan," dan menambahkan, "Ini bukan karena keinginan untuk menghancurkan, tetapi karena ketidakpedulian total terhadap semua yang menjadi milik [warga Palestina]."
Mengubur Mayat dengan Buldoser
Lanskap yang tersisa setelah kehancuran ini sungguh mengerikan.
S menggambarkan sebuah area yang "penuh dengan mayat" dengan "anjing-anjing yang berjalan-jalan dengan bagian tubuh yang membusuk" dan "bau kematian yang mengerikan." Sebelum kedatangan konvoi bantuan internasional, mayat-mayat dibersihkan dengan cepat dengan buldoser, dikubur di bawah reruntuhan atau disingkirkan untuk menghindari gambar-gambar pembusukan yang sudah parah sampai ke dunia luar.
Pengungkapan ini tidak mengejutkan bagi mereka yang telah mengikuti dengan saksama perilaku Israel di Gaza. Penggunaan AI untuk menentukan target, seperti yang dilaporkan sebelumnya oleh +972 Magazine, telah menimbulkan kekhawatiran serius tentang sifat serangan Israel yang tidak pandang bulu. Sekarang, dengan kesaksian para prajurit ini, kita melihat wajah manusiawi dari perang teknologi ini, wajah yang ditandai dengan ketidakpedulian, kebosanan, dan keterpisahan yang mengganggu dari nilai-nilai kehidupan Palestina.
Implikasi dari pengungkapan ini bisa sangat luas karena para pemimpin Israel menghadapi penyelidikan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) serta kasus genosida. Pengungkapan ini tidak hanya bertentangan dengan klaim Israel bahwa mereka melakukan operasi militer yang tepat dan terarah, tetapi juga menimbulkan pertanyaan serius tentang potensi kejahatan perang. Penargetan warga sipil secara sengaja, penghancuran harta benda warga sipil secara serampangan, dan kegagalan untuk membedakan antara kombatan dan non-kombatan merupakan pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional.
Selain itu, kesaksian-kesaksian ini mengekspos dehumanisasi yang mendalam terhadap warga Palestina yang merasuk ke dalam aparat militer Israel. Sikap santai para tentara yang menembaki warga sipil, membakar rumah-rumah dan memperlakukan Gaza sebagai "toko cinderamata" menunjukkan adanya krisis moral yang mendalam di tubuh Pasukan Pertahanan Israel.
MIDDLE EAST MONITOR
Pilihan Editor: Angka Kematian dalam Perang Gaza Sesungguhnya Tembus 186 Ribu Orang