TEMPO.CO, Jakarta - Keir Starmer menjadi perdana menteri Inggris, menggantikan Rishi Sunak , setelah kemenangan telak Partai Buruh dalam pemilihan umum Inggris pada 4 Juli 2024.
Kemenangan Partai Buruh ini mengakhiri 14 tahun pemerintahan Konservatif yang seringkali penuh gejolak dengan mengalahkan partai Rishi Sunak.
Keir Starmer menjadi perdana menteri Inggris berikutnya dengan Partai Buruh yang berhaluan kiri-tengah diperkirakan akan memenangkan mayoritas besar dalam pemilihan parlemen. Hasil pemilu itu sekaligus mengubah politik Inggris.
Partai Buruh memenangkan lebih dari 410 kursi, meningkat 211 kursi, sementara Partai Konservatif, partai paling sukses di dunia barat, kehilangan 250 anggota parlemen, termasuk sejumlah menteri senior dan mantan Perdana Menteri Liz Truss.
Partai Konservatif yang dipimpin Sunak mengalami kinerja terburuk dalam sejarah panjang partai tersebut karena para pemilih menghukum mereka karena krisis biaya hidup, kegagalan layanan publik, dan serangkaian skandal.
“Kepada negara saya ingin menyampaikan permintaan maaf pertama dan terutama,” kata Sunak di luar Downing Street, seraya menambahkan bahwa dia akan tetap menjadi pemimpin Konservatif sampai partai tersebut siap menunjuk penggantinya.
"Saya telah memberikan segalanya untuk pekerjaan ini, namun Anda telah mengirimkan sinyal yang jelas bahwa pemerintah Inggris harus berubah, dan penilaian Anda adalah satu-satunya penilaian yang penting. Saya telah mendengar kemarahan Anda, kekecewaan Anda dan saya bertanggung jawab atas kehilangan ini."
Mengapa Partai Buruh bisa menang besar atas Partai Konservatif yang menduduki kekuasaan selama 14 tahun terakhir?
Media Washington Post menulis bahwa tren di Inggris adalah para pemilih selama ini telah muak dengan kebijakan Konservatif yang berhaluan kanan tengah.
Senada, opini di media Guardian juga menyebutkan bahwa para pemilih termotivasi oleh kemarahan terhadap kebijakan Konservatif sehingga pemilu kali ini terasa ada rasa "balas dendam" di dalamnya.
Konservatif, yang biasanya dicap sebagai partai yang solid dan "aman" selama ini, dinilai telah berubah dengan berbagai kebijakan "radikal" yang hasilnya ternyata tidak bagus bagi Inggris.
Era Konservatif di abad ke-21 bermula dengan terpilihnya David Cameron sebagai Perdana Menteri Inggris pada 2010, mengakhiri era 13 tahun Partai Buruh sejak 1997.
Tantangan untuk Partai Buruh yang memenangkan pemilu
Meskipun Starmer meraih kemenangan meyakinkan, jajak pendapat menunjukkan hanya ada sedikit antusiasme terhadap Starmer atau partainya.
Berkat keunikan sistem first-past-the-post dalam pemilu Inggris dan jumlah pemilih yang rendah, kemenangan Partai Buruh dicapai dengan jumlah suara yang lebih sedikit dibandingkan yang diperoleh pada 2017 dan 2019 – yang terakhir ini merupakan hasil terburuk dalam hal perolehan kursi selama 84 tahun.
Poundsterling, saham-saham Inggris, dan obligasi pemerintah naik tipis pada Jumat, 5 Juli 2024 namun Starmer berkuasa pada saat negara tersebut menghadapi serangkaian tantangan yang berat.
Beban pajak di Inggris akan mencapai titik tertinggi sejak Perang Dunia Kedua, utang bersih hampir setara dengan output ekonomi tahunan, standar hidup menurun, dan layanan publik menurun, terutama Layanan Kesehatan Nasional yang sangat disegani yang dilanda pemogokan.
Beberapa rencana Partai Buruh yang lebih ambisius, seperti janji utama belanja ramah lingkungan, telah dikurangi, sementara Starmer berjanji tidak akan menaikkan pajak bagi “pekerja”.
Ia juga berjanji untuk membatalkan kebijakan Partai Konservatif yang mengirim pencari suaka ke Rwanda. Namun mengingat migrasi merupakan isu utama pemilu, ia sendiri akan berada di bawah tekanan untuk menemukan cara menghentikan puluhan ribu orang yang datang melintasi Selat dari Prancis dengan perahu-perahu kecil.
“Saya tidak berjanji ini akan mudah,” kata Starmer sebelumnya pada rapat umum kemenangan. "Mengubah suatu negara tidak seperti menekan tombol. Ini membutuhkan kerja keras. Sabar, bertekad, bekerja, dan kita harus segera bergerak."
KAKAK INDRA PURNAMA | IDA ROSDALINA | ANTARA
Pilihan editor: 5 Kandidat Pro Palestina Raih Kemenangan dalam Pemilu Inggris