TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dilaporkan telah mengirimkan puluhan ribu amunisi berat ke Israel— termasuk lebih dari 10.000 bom seberat 2.000 pon atau hampir 1 ton dan ribuan rudal Hellfire— sejak dimulainya serangan ke Gaza. Hal ini diungkapkan dua pejabat AS yang diberi pengarahan tentang daftar terbaru pengiriman senjata kepada Reuters pada Sabtu 29 Juni 2024.
Setelah dimulainya serangan balasan Israel ke Gaza pada 7 Oktober lalu, AS telah mengirimkan setidaknya 14.000 bom MK-84 seberat 2.000 pon, 6.500 bom seberat 500 pon atau 226 kilogram, 3.000 rudal udara-ke-darat berpemandu presisi Hellfire, 1.000 bom penghancur bunker, 2.600 bom berdiameter kecil yang dijatuhkan dari udara, dan amunisi lainnya, menurut para pejabat, yang tidak berwenang untuk berbicara di depan umum.
Meskipun para pejabat tidak memberikan batas waktu pengiriman tersebut, namun jumlah totalnya menunjukkan bahwa tidak ada penurunan yang signifikan dalam dukungan militer AS kepada sekutunya. Meskipun ada seruan internasional untuk membatasi pasokan senjata ke Israel dan keputusan pemerintah Biden baru-baru ini untuk menghentikan pengiriman senjata.
Para ahli mengatakan isi kiriman tersebut tampaknya konsisten dengan apa yang dibutuhkan Israel untuk mengisi kembali pasokan yang digunakan dalam serangan brutal selama delapan bulan di Gaza. Ini sebagai balasan setelah serangan pada 7 Oktober oleh pejuang Hamas Palestina yang menewaskan 1.139 orang dan menyandera 250 lainnya., menurut penghitungan Israel.
Serangan balasan Israel—yang disebut genosida oleh para pakar genosida termasuk dari Israel—telah menewaskan lebih dari 37.700 warga Palestina di Gaza, 70 persennya adalah perempuan dan anak-anak. Lebih dari 80.000 warga Palestina terluka hingga kritis akibat serangan udara Israel, dan ribuan jasad warga lainnya masih tertimbun di bawah reruntuhan.
Pengawasan internasional terhadap operasi militer Israel di Gaza semakin intensif karena jumlah korban tewas terus bertambah, dan menjadikan daerah kantong pesisir itu hancur berantakan.
“Meskipun angka-angka ini dapat dikeluarkan dengan relatif cepat dalam sebuah konflik besar, daftar ini jelas mencerminkan tingkat dukungan yang besar dari AS untuk sekutu Israel,” kata Tom Karako, pakar senjata di Pusat Studi Strategis dan Internasional
Ia menambahkan bahwa amunisi yang terdaftar adalah jenis amunisi yang akan digunakan Israel dalam serangan melawan Hamas atau dalam potensi konflik dengan Hizbullah di Lebanon.
Jumlah pengiriman tersebut, yang belum pernah dilaporkan sebelumnya, memberikan penghitungan amunisi terbaru dan ekstensif yang dikirim ke Israel sejak perang Gaza dimulai.
Israel dan Hizbullah yang didukung Iran telah saling baku tembak sejak dimulainya perang Gaza, dan kekhawatiran meningkat bahwa perang habis-habisan bisa terjadi antara kedua belah pihak.
Gedung Putih menolak berkomentar. Kedutaan Besar Israel di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Pengiriman tersebut merupakan bagian dari daftar senjata yang lebih besar yang dikirim ke Israel sejak konflik Gaza dimulai, kata salah satu pejabat AS. Seorang pejabat senior pemerintahan Biden pada Rabu mengatakan kepada wartawan bahwa Washington sejak 7 Oktober telah mengirimkan bantuan keamanan senilai US$6,5 miliar ke Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam beberapa pekan terakhir mengklaim bahwa Washington menahan senjata, sebuah pernyataan yang berulang kali dibantah oleh para pejabat AS meskipun mereka mengakui adanya “kemacetan”.
Pemerintahan Biden telah menghentikan satu pengiriman bom seberat 2.000 pon tersebut, dengan alasan kekhawatiran atas dampaknya terhadap daerah padat penduduk di Gaza. Namun, para pejabat AS bersikeras bahwa semua pengiriman senjata lainnya tetap berjalan seperti biasa. Satu bom seberat 2.000 pon atau hampir 1 ton dapat menembus beton dan logam tebal, sehingga menciptakan radius ledakan yang luas.
Reuters melaporkan pada amis bahwa Amerika Serikat sedang berdiskusi dengan Israel mengenai pelepasan pengiriman bom besar yang ditangguhkan pada Mei karena kekhawatiran mengenai operasi militer di Rafah.
Washington memberikan bantuan militer tahunan sebesar US$3,8 miliar kepada sekutu lamanya. Meskipun Biden telah memperingatkan bahwa ia akan memberikan persyaratan pada bantuan militer jika Israel gagal melindungi warga sipil dan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, namun ia belum melakukannya selain menunda pengiriman pada Mei.
Dukungan Biden terhadap Israel dalam genosida di Gaza telah menjadi beban politik, terutama di kalangan pemuda Demokrat, ketika ia mencalonkan diri kembali pada pemilu tahun ini. Hal ini memicu gelombang protes pada pemilihan pendahuluan dan telah mendorong protes pro-Palestina di universitas-universitas AS.
Meskipun Amerika Serikat memberikan gambaran rinci dan jumlah bantuan militer yang dikirim ke Ukraina saat negara tersebut memerangi invasi besar-besaran ke Rusia, pemerintah AS hanya mengungkapkan sedikit rincian mengenai jumlah keseluruhan senjata dan amunisi Amerika yang dikirim ke Israel.
Pengiriman tersebut juga sulit dilacak karena beberapa senjata dikirimkan sebagai bagian dari penjualan senjata yang disetujui oleh Kongres beberapa tahun lalu, namun baru sekarang dipenuhi.
Salah satu pejabat AS mengatakan Pentagon memiliki persediaan senjata dalam jumlah yang cukup dan telah bekerja sama dengan mitra industri AS yang membuat senjata, seperti Boeing Co dan General Dynamics, ketika perusahaan tersebut berupaya memproduksi lebih banyak senjata.
Pilihan Editor: Pengadilan Belanda Diminta Larang Ekspor Suku Cadang F-35 dengan Tujuan Akhir Israel
REUTERS