Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Adakah Orang yang Tinggal di Benua Antartika? Ini Penjelasannya

Reporter

Editor

Laili Ira

image-gnews
Pelari berpartisipasi dalam Maraton Es Antartika di Union Glacier, Antartika, 13 Desember 2023. Richard Ducker/HUTC/Handout melalui REUTERS
Pelari berpartisipasi dalam Maraton Es Antartika di Union Glacier, Antartika, 13 Desember 2023. Richard Ducker/HUTC/Handout melalui REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, JakartaAntartika merupakan benua paling terpencil di dunia dan memiliki kondisi iklim yang sangat ekstrem. Di sana juga terdapat gletser raksasa, dan kehidupan liar yang unik seperti penguin dan anjing laut. 

Berbicara soal Antartika, ada satu pertanyaan yang kerap muncul, yakni apakah ada orang yang tinggal di benua Antartika? Berikut ulasannya.

Apakah Ada Orang yang Tinggal di Antartika?

Mengutip World Atlas, Antartika tidak memiliki populasi manusia permanen. Benua ini tidak pernah dihuni oleh penduduk asli.  

Saat ini, satu-satunya manusia yang benar-benar hidup di benua ini adalah para ilmuwan dan pemandu yang berdedikasi pada studi, eksplorasi, dan pelestarian benua tersebut.

Benua Antartika sendiri baru ditemukan oleh manusia pada abad ke-19. Sejak itu, banyak penjelajah dan ilmuwan telah melakukan perjalanan ke benua es tersebut. 

Meski banyak manusia yang datang ke sana, namun tidak satupun dari mereka yang menjadikan benua tersebut sebagai rumah permanen mereka.

Alasan mengapa tidak ada orang yang hidup permanen di benua ini adalah karena Antartika tidak ramah bagi manusia. Antartika memiliki iklim yang tidak bersahabat dan keterisolasian dari dunia luar. 

Dengan luas mencapai 14 juta kilometer persegi, sekitar 98 persen dari permukaan Antartika ditutupi oleh lapisan es yang memiliki ketebalan rata-rata 1,9 kilometer.

Selain itu, Antartika dikenal sebagai tempat terdingin, terkering, dan paling berangin di Bumi. Suhu di Antartika sangat ekstrem, terutama di musim dingin ketika suhu bisa turun hingga -80 derajat Celcius atau lebih rendah. 

Bahkan di musim panas, suhu jarang melebihi 0 derajat Celcius di sebagian besar wilayah.

Faktanya, kecepatan angin di benua ini bisa mencapai 327 km per jam, jauh lebih cepat dibandingkan kecepatan angin di sebagian besar siklon tropis. Antartika juga sangat kekurangan curah hujan. 

Benua ini mendapat curah hujan sedikitnya 20 mm setiap tahunnya, yang sebanding dengan gurun panas di dunia.

Antartika Dihuni Peneliti dan Pemandu Wisata

Meski tidak ada penduduk asli atau masyarakat permanen di Antartika, namun bukan berarti benua ini sepenuhnya kosong dari kehadiran manusia. Orang-orang tinggal di Antartika biasanya untuk melakukan penelitian ilmiah.

Para ilmuwan, peneliti, dan staf pendukung yang ke Antartika bekerja di berbagai stasiun penelitian yang tersebar di seluruh benua. Stasiun-stasiun ini dioperasikan oleh berbagai negara yang terlibat dalam penelitian ilmiah di bawah kerangka Perjanjian Antartika.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada akhir tahun 1950-an, sejumlah negara mulai mendirikan stasiun penelitian di Antartika. Saat ini, terdapat 66 pusat penelitian nasional di benua tersebut. Basis penelitian ini bervariasi, mendukung jumlah staf yang berkisar antara enam hingga 1.300 orang.

Hidup di stasiun penelitian di Antartika juga bukanlah tugas yang mudah. Para penghuni harus menghadapi cuaca ekstrem, isolasi, dan tantangan logistik. Makanan dan persediaan harus dikirim dari luar benua, dan komunikasi dengan dunia luar sering kali terbatas.

Akan tetapi, teknologi modern telah membuat kehidupan di stasiun-stasiun ini sedikit lebih nyaman. Internet satelit, peralatan ilmiah canggih, dan fasilitas rekreasi seperti gym dan ruang bioskop adalah beberapa fasilitas yang tersedia di beberapa stasiun.

Sebagian besar ilmuwan dan staf pendukung menghabiskan waktu antara tiga hingga enam bulan di Antartika, meskipun ada juga yang tinggal hingga 15 bulan. 

Perjalanan ke dan dari benua ini hanya bisa dilakukan selama musim panas karena luasnya es laut, angin kencang, dan jarak pandang yang buruk selama musim dingin membuat perjalanan sangat berisiko. Akibatnya, lebih dari setengah stasiun penelitian di Antartika ditutup selama musim dingin.

Selain peneliti dan staf pendukung, satu-satunya orang lain yang menginjakkan kaki di Antartika adalah pemandu dan wisatawan. Pemandu ini bisa berupa pemandu ekspedisi, pemandu pendakian gunung, atau pemandu lapangan mendalam, yang menghabiskan banyak waktu di atau dekat benua tersebut.

Wisatawan telah datang ke Antartika sejak tahun 1950-an. Sekitar 170.000 orang mengunjungi benua ini setiap tahun, kebanyakan dari negara-negara berbahasa Inggris, terutama Amerika Serikat. Selain itu, jumlah wisatawan dari Tiongkok dan wilayah Eropa yang tidak berbahasa Inggris juga meningkat.

Pemilik Benua Antartika

Melansir antarctica.gov.au, Antartika tidak dimiliki oleh satu negara pun. Namun, orang-orang dari seluruh dunia melakukan penelitian di benua tersebut.  Antartika diatur secara internasional melalui sistem Perjanjian Antartika.

Perjanjian Antartika adalah kesepakatan internasional yang mengatur penggunaan benua ini. Perjanjian ini ditandatangani pada tahun 1959 oleh 12 negara yang memiliki ilmuwan di dalam dan sekitar Antartika pada saat itu.

Penandatangan awal Perjanjian Antartika mencakup tujuh negara dengan klaim teritorial, diantaranya Argentina, Australia, Chili, Prancis, Selandia Baru, Norwegia, dan Inggris. Perjanjian Antartika mulai berlaku pada tahun 1961 dan telah disetujui oleh banyak negara lain.

RIZKI DEWI AYU

Pilihan Editor: 11 Fakta Tentang Benua Antartika, Ada Gunung Terkubur

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Top 3 Tekno: Riset Efek Daun Kratom Setara Morfin, Profil dan Cara Kerja Brain Cipher, Kunci PDNS Diberikan

3 jam lalu

Seorang warga memperlihatkan dua lembar daun kratom atau daun purik jenis tulang merah di Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Minggu 13 September 2020. Tanaman kratom (mitragyna speciosa) memiliki tiga jenis varian yaitu tulang merah (Red Vein), tulang hijau (Green Vein) dan tulang putih (White Vein) tersebut menjadi komoditas pertanian unggulan di daerah setempat. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/pras.
Top 3 Tekno: Riset Efek Daun Kratom Setara Morfin, Profil dan Cara Kerja Brain Cipher, Kunci PDNS Diberikan

Topik tentang riset peneliti BRIN mengungkap daun kratom menghasilkan efek pereda nyeri setara morfin menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.


Riset Peneliti BRIN, Efek Pereda Nyeri dari Daun Kratom Hampir Setara Morfin

23 jam lalu

Daun Kratom (wikipedia)
Riset Peneliti BRIN, Efek Pereda Nyeri dari Daun Kratom Hampir Setara Morfin

Efek analgesik alkaloid kratom hampir sama dengan efek analgesik yang ditimbulkan morfin.


Peneliti BRIN Ungkap Fakta Gelombang Panas di Asean: Naik Signifikan, Picu Krisis Pangan dan Kesehatan

2 hari lalu

Warga menggunakan payung saat aktivitas di luar ruangan menghindari terik matahari di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Selasa 7 Mei 2024. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa fenomena gelombang panas di sebagian wilayah Asia dalam sepekan terakhir tidak berkaitan dengan kondisi suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia. TEMPO/Subekti.
Peneliti BRIN Ungkap Fakta Gelombang Panas di Asean: Naik Signifikan, Picu Krisis Pangan dan Kesehatan

Gelombang panas yang terjadi di Indonesia memiliki korelasi yang linear dan secara umum dipengaruhi oleh fenomena El Nino.


Potensi La Nina 2024, Peneliti BRIN: Redam Kekeringan di Indonesia Barat Saat Kemarau

6 hari lalu

Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2024 angkat tema #Restorasi Generasi. Anak-anak dipandang rentan terhadap krisis iklim, termasuk yang berupa kekeringan dampak kemarau. SAVE THE CHILDREN INDONESIA
Potensi La Nina 2024, Peneliti BRIN: Redam Kekeringan di Indonesia Barat Saat Kemarau

Kebanyakan model prediksi cuaca mengindikasikan kemunculan La Nina pada September mendatang.


Peneliti BRIN Peringatkan Peningkatan Curah Hujan, Sepaku IKN Banjir Setinggi 2 Meter

7 hari lalu

Banjir merendam Kampung Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, pada Senin, 24 Juni 2024. (Foto: Istimewa)
Peneliti BRIN Peringatkan Peningkatan Curah Hujan, Sepaku IKN Banjir Setinggi 2 Meter

Hujan dengan intensitas lebat pada 23 Juni 2024 membuat Kampung Sepaku terendam banjir dengan ketinggian air mencapai dua meter.


48 Daftar Negara di Benua Asia Beserta Ibu Kotanya

9 hari lalu

Setiap wilayah di benua Asia terdiri dari beberapa negara dengan keunikan masing-masing. Berikut daftar negara di benua Asia dan ibu kotanya. Foto: Canva
48 Daftar Negara di Benua Asia Beserta Ibu Kotanya

Setiap wilayah di benua Asia terdiri dari beberapa negara dengan keunikan masing-masing. Berikut daftar negara di benua Asia dan ibu kotanya.


Peneliti BRIN Jelaskan Empat Kriteria dan Cara Penanganan Daging Kurban

16 hari lalu

Warga mengemas daging kurban dengan keranjang bambu di Ngaran, Margokaton, Seyegan, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin 17 Juni 2024. Warga di kampung tersebut menggunakan keranjang bambu dan daun jati untuk membungkus daging kurban yang akan dibagikan kepada masyarakat karena dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan menggunakan kantong plastik. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
Peneliti BRIN Jelaskan Empat Kriteria dan Cara Penanganan Daging Kurban

Peneliti BRIN menjelaskan kriteria dan penanganan daging kurban yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH).


Cara Kenali Hewan Kurban yang Sehat, Begini Saran Peneliti BRIN

17 hari lalu

Ilustrasi pemeriksaan hewan kurban. TEMPO/Iqbal Lubis
Cara Kenali Hewan Kurban yang Sehat, Begini Saran Peneliti BRIN

Dalam pelaksanaan kurban, penting untuk memilih hewan yang aman dan sehat.


Peneliti Kembangkan Teknologi Mirip Sinar-X untuk Ponsel, Bisa Melihat Tembus Dinding

17 hari lalu

Para peneliti di University of Texas, Dallas, berupaya mewujudkan kekuatan super yang memberi seseorang penglihatan sinar-X (CBS News)
Peneliti Kembangkan Teknologi Mirip Sinar-X untuk Ponsel, Bisa Melihat Tembus Dinding

Peneliti mengembangkan chip yang memungkinkan pengguna ponsel cerdas melihat melalui permukaan padat yang mirip dengan sinar-X.


BRIN Gunakan Teknologi Terdepan eDNA untuk Meneliti Satwa di Pulau Nusa Barong

22 hari lalu

Tim Ekspedisi Pulau Nusa Barong BRIN tiba di pantai Teluk Jeruk pada Minggu, 19 Mei 2024, atau hari kelima ekspedisi. (TEMPO/Abdi Purmono)
BRIN Gunakan Teknologi Terdepan eDNA untuk Meneliti Satwa di Pulau Nusa Barong

Tim BRIN dibantu Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur.