Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mahasiswi Palestina di Indonesia Memaknai Hari Nakba

image-gnews
Jana (Juwita), 18 tahun, mahasiswi asal Tepi Barat, Palestina yang mendapat beasiswa untuk kuliah di Universitas Pertahanan Indonesia. Sumber: Nabiila A | TEMPO
Jana (Juwita), 18 tahun, mahasiswi asal Tepi Barat, Palestina yang mendapat beasiswa untuk kuliah di Universitas Pertahanan Indonesia. Sumber: Nabiila A | TEMPO
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan warga Palestina di Indonesia, yang jauh dari kampung halaman, memperingati Hari Nakba di kantor Kedutaan Besar Palestina, Jakarta Pusat, pada 15 Mei 2024. Palestina sampai sekarang masih berada di bawah serangan Israel.

Sekelompok mahasiswa baru asal Palestina tampak ikut memperingati Hari Nakba. Mereka kompak mengenakan setelan hitam putih dan syal keffiyeh. Mereka akan belajar bahasa Indonesia dalam setahun pertama tinggal di ibu kota Jakarta, sebelum bisa mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Pertahanan (Unhan) dengan beasiswa penuh. Para lulusan sekolah menengah atas itu sudah menetap selama enam bulan di Jakarta setelah lulus seleksi beasiswa.

Jana, 18 tahun, mahasiswi asal kota Nablus, Tepi Barat, Palestina, ketika ditanya apa arti Nakba baginya sebagai seorang warga Palestina, ia berkata hal itu membuatnya sedih. Sebab keadaan warga Palestina sekarang seluruhnya dapat ditelusuri kembali ke hari itu.

Peristiwa Nakba merupakan pengusiran dan pembersihan etnis massal terhadap sebagian besar rakyat Palestina yang berlangsung pada 1947 – 1948, sebelum berdirinya negara Israel. Lebih dari 750 ribu warga Palestina dari total populasi 1,4 juta orang terpaksa mengungsi dari tanah air mereka akibat kampanye kekerasan Israel saat itu. Hanya 15 persen penduduk Palestina tetap tinggal di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Garis Hijau.

Jana mengenang pengalaman neneknya yang hidup sejak sebelum Nakba dimulai, sehingga melihat keadaan Palestina sebelum diduduki Israel. Nenek Jana dapat bepergian ke berbagai tempat dan keliling dunia dengan bebas – sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki warga Palestina sekarang. Mereka bahkan dihalangi Israel untuk berkunjung ke Yerusalem, dan Jana sendiri mengungkap tidak pernah menginjakkan kaki ke sana.

“Nakba adalah kenangan yang sangat menyedihkan, tapi juga merupakan pengingat bahwa kita perlu mengenang kapan semua ini dimulai. Kita perlu mengingatkan diri kita sendiri, ‘Siapakah kita sebagai orang Palestina?’ Jangan pernah lupakan itu.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Enam bulan tinggal di Jakarta, Jana bersyukur untuk dapat kuliah dengan beasiswa dan tinggal di Indonesia, ketika situasi di Palestina kian memburuk dan orang-orang tercintanya masih berada di Nablus. Di tengah hancurnya berbagai infrastruktur penting, teman-temannya di sana terpaksa mengikuti kelas lewat Zoom.

“Saya selalu merindukan dan memikirkan orang tua saya, keluarga saya dan teman-teman saya, karena enam bulan jauh dari mereka. Ini sangat sulit, tentu saja, untuk seorang berusia 18 tahun,” kata Jana yang sekarang akrab disapa Juwita. “Tapi seperti yang sudah saya bilang tadi, saya sangat bersyukur mendapat kesempatan belajar di sini dengan bebas, berbicara dengan orang-orang, belajar tentang budaya dan hal-hal baru,” katanya.

Pilihan editor: Peringati Hari Nakba ke-76, Duta Besar Al-Shun Teringat Penderitaan Rakyat Palestina

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Israel Tuding 3 Staf UNRWA yang Tewas dalam Serangan di Gaza adalah Anggota Hamas

46 menit lalu

Israel Tuding 3 Staf UNRWA yang Tewas dalam Serangan di Gaza adalah Anggota Hamas

Jumlah total staf UNRWA yang tewas dalam serangan Israel di Gaza menjadi 220 orang.


Top 3 Dunia: Pelapor Khusus PBB, Misa Paus Fransiskus di Singapura

2 jam lalu

Paus Fransiskus dan Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam di National University of Singapore, Kamis, 12 Setember 2024. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Top 3 Dunia: Pelapor Khusus PBB, Misa Paus Fransiskus di Singapura

Berita Top 3 Dunia pada Kamis 12 September 2024 diawali oleh kemarahan Pelapor Khusus PBB untuk Wilayah Palestina yang Diduduki Francesca Albanese


Ditolak Israel, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Batalkan Kunjungan ke Tel Aviv

11 jam lalu

Josep Borrell, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni. Sumber: Reuters
Ditolak Israel, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Batalkan Kunjungan ke Tel Aviv

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, membatalkan rencana kunjungan ke Israel karena ditolak Menlu Katz


Turki Gelar Penyelidikan Pembunuhan Aysenur Ezgi Eygi oleh Israel di Tepi Barat

14 jam lalu

Aysenur Ezgi Eygi di Seattle, Washington, 8 Juni  2024. International Solidarity Movement/Handout via REUTERS
Turki Gelar Penyelidikan Pembunuhan Aysenur Ezgi Eygi oleh Israel di Tepi Barat

Turki telah memulai penyelidikan atas pembunuhan aktivis Turki-Amerika Aysenur Ezgi Eygi oleh tentara Israel di Tepi Barat.


UNRWA Sebut Enam Pegawainya Tewas akibat Serangan Israel di Sekolah Gaza

15 jam lalu

UNRWA Sebut Enam Pegawainya Tewas akibat Serangan Israel di Sekolah Gaza

Enam petugas kemanusiaan UNRWA tewas dalam dua serangan udara Israel ke sebuah sekolah dan sekitarnya di Kamp Nuseirat, Jalur Gaza


Pembunuhan Warga AS oleh Israel di Tepi Barat Sulut Emosi Biden hingga Kamala Harris

17 jam lalu

Aysenur Ezgi Eygi di Seattle, Washington, 8 Juni  2024. International Solidarity Movement/Handout via REUTERS
Pembunuhan Warga AS oleh Israel di Tepi Barat Sulut Emosi Biden hingga Kamala Harris

Tentara Israel membunuh warga AS saat sedang berunjuk rasa yang memantik kemarahan termasuk Presiden Joe Biden dan Kamala Harris.


Top 3 Dunia; Palestina Hadir di Sidang Majelis Umum PBB dan ICC Selidiki Kematian Komandan Al Qassam

1 hari lalu

Suasana Sidang Umum PBB ke-76 di Markas Besar di New York, 21 September 2021. Timothy A. Clary/Pool via REUTERS
Top 3 Dunia; Palestina Hadir di Sidang Majelis Umum PBB dan ICC Selidiki Kematian Komandan Al Qassam

Top 3 dunia pada Rabu, 11 September 2024, diurutan pertama berita tentang Palestina yang pertama kali duduk dikalangan anggota Majelis Umum PBB.


Gempur Zona Aman di Gaza, Israel Tuduh Hamas Bersembunyi di al-Mawasi

1 hari lalu

Anak laki-laki Palestina melihat mobil yang terkubur setelah serangan Israel menghantam kamp tenda pengungsi di tengah konflik Israel-Hamas, di daerah Al-Mawasi di Khan Younis, di Jalur Gaza selatan, 10 September 2024. Warga dan petugas medis mengatakan kamp tenda di dekat Khan Younis di daerah Al-Mawasi, yang telah ditetapkan Israel sebagai zona aman kemanusiaan bagi warga Palestina. REUTERS/Mohammed Salem
Gempur Zona Aman di Gaza, Israel Tuduh Hamas Bersembunyi di al-Mawasi

Israel menyerang zona aman di Gaza Selatan hingga menciptakan kawah raksasa.


Polisi Australia Bentrok dengan Demonstran Pro-Palestina di Luar Pameran Militer Melbourne

1 hari lalu

Sejumlah Kepolisian Victoria berupaya memadamkan api selama unjuk rasa menentang Pameran Pertahanan Darat Internasional Angkatan Darat di Pusat Konvensi dan Pameran Melbourne di Melbourne, Australia, 11 September 2024. AAP/Joel Carrett via REUTERS
Polisi Australia Bentrok dengan Demonstran Pro-Palestina di Luar Pameran Militer Melbourne

Demonstran pro-Palestina dan polisi Australia bentrok di luar pameran militer di Kota Melbourne pada Rabu 11 September 2024.


Kanada Blokir Puluhan Izin Penjualan Senjata ke Israel

1 hari lalu

Sebuah tank Israel bermanuver di dekat perbatasan Israel-Gaza, di tengah konflik Israel-Hamas, di Israel, 2 Juli 2024. REUTERS/Ammar Awad
Kanada Blokir Puluhan Izin Penjualan Senjata ke Israel

Topik penjualan senjata ke Israel telah memicu proses hukum di beberapa negara di dunia, termasuk Kanada dan Inggris