TEMPO.CO, Jakarta - Militer Israel mengumumkan kepergian Mayor Jenderal Aharon Haliva, kepala intelijen militer, Senin, 22 April 2024. Dia adalah pejabat senior Israel pertama yang mengambil tanggung jawab atas kegagalannya mencegah serangan tersebut, dan pemerintahnya berusaha untuk tetap fokus pada perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Haliva, yang bertugas di militer selama 38 tahun, dilaporkan bertanggung jawab atas kegagalannya mencegah serangan tersebut dalam surat pengunduran dirinya. Lebih dari 1.100 orang tewas dalam serangan itu, sementara sekitar 240 orang ditawan.
“Mayor Jenderal Aharon Haliva, berkoordinasi dengan Kepala Staf Umum, telah meminta untuk mengakhiri jabatannya, menyusul tanggung jawab kepemimpinannya sebagai kepala direktorat intelijen atas peristiwa 7 Oktober,” kata militer dalam sebuah pernyataan.
Dengan persetujuan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, kata pernyataan militer itu, diputuskan bahwa Haliva “akan mengakhiri jabatannya dan pensiun” dari militer “setelah penggantinya ditunjuk dalam proses yang tertib dan profesional”.
Serangan Hamas membuat Israel dan lembaga keamanannya terkejut. Sebagai tanggapan, Israel melancarkan perang di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 34.000 orang, menurut pejabat kesehatan Gaza.
Haliva adalah pejabat atau politisi pertama yang bertanggung jawab atas kegagalan keamanan.
“Direktorat intelijen di bawah komando saya tidak menjalankan tugas yang diberikan kepada kami. Aku membawa hari kelam itu bersamaku sejak saat itu, hari demi hari, malam demi malam. Saya akan menanggung rasa sakit akibat perang selamanya,” tulis Haliva dalam surat pengunduran dirinya.
Namun, tekanan tersebut semakin besar seiring dengan seruan agar Israel menyetujui kesepakatan untuk menjamin pembebasan para tawanan, dan ketegangan di kawasan yang mengancam akan memicu konflik dengan Iran.