TEMPO.CO, Jakarta -Amerika Serikat diam-diam kembali mengizinkan pengiriman bom dan pesawat tempur senilai miliaran dolar AS ke Israel dalam beberapa terakhir, Washington Post melaporkan pada Jumat, 29 Maret 2024, mengutip dua sumber yang mengetahui hal tersebut.
Hal tersebut dilakukan meski Washington telah menyatakan kekhawatiran mengenai kemungkinan serangan darat Israel di kota Rafah.
Paket senjata baru itu mencakup lebih dari 1.800 bom MK84 seberat 2.000 pon dan 500 bom MK82 seberat 200 pon, kata surat kabar itu, mengutip sumber pejabat Departemen Pertahanan AS atau Pentagon dan Departemen Luar Negeri AS.
Sebagai sekutu terbesar Israel, Washington mengucurkan bantuan militer senilai US$3,8 miliar (Rp60 triliun dengan kurs sekarang) setiap tahunnya kepada Tel Aviv.
Paket bantuan terbaru ini muncul ketika Israel tengah menghadapi kecaman keras dari komunitas internasional atas kampanye pengeboman dan serangan darat yang terus berlanjut di Gaza.
Beberapa anggota partai Presiden Joe Biden pun menyerukan agar dia menghentikan bantuan militer Amerika kepada Israel.
Amerika Serikat telah mengerahkan pertahanan udara dan amunisi ke Israel, namun beberapa kelompok Demokrat dan warga Arab-Amerika mengkritik dukungan teguh pemerintahan Biden terhadap Israel, yang menurut mereka melanggengkan impunitas.
Biden pada Jumat lalu mengakui “kepedihan yang dirasakan” oleh banyak orang Arab-Amerika atas perang di Gaza, dan atas dukungan AS terhadap Israel dan serangan militernya.
Banyak dari mereka yang mendesak presiden dari Partai Demokrat tersebut untuk menyerukan gencatan senjata permanen, menghentikan penjualan senjata ke Israel dan menggunakan lebih banyak pengaruh untuk melindungi kehidupan warga sipil di Gaza.
“Kita juga harus berhenti sejenak untuk merenungkan penderitaan yang dirasakan oleh begitu banyak komunitas Arab-Amerika akibat perang di Gaza,” kata Biden dalam proklamasi untuk Bulan Warisan Arab-Amerika, dirilis oleh Gedung Putih. Ia mengaku merasa “sangat sedih” atas penderitaan tersebut.
Kendati demikian, ia berjanji akan terus memberikan dukungan kepada Israel meskipun terjadi perselisihan publik dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Pertikaian antara keduanya muncul setelah Amerika Serikat abstain dari pemungutan suara Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Senin lalu, untuk resolusi yang menyerukan gencatan senjata di Gaza selama bulan Ramadan.
Sebelum pemerintahan Biden dilaporkan menyetujui pengiriman paket senjata baru, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant sempat berkunjung ke Washington pekan ini, membahas kebutuhan senjata Israel dengan rekan-rekannya di Amerika Serikat.
Berbicara kepada wartawan pada Selasa, Gallant mengatakan ia menekankan pentingnya hubungan AS terhadap keamanan negaranya dan untuk menjaga “keunggulan militer kualitatif” Israel di kawasan, termasuk kemampuan udaranya.
Pilihan Editor: Hamas Tolak Usulan Israel Kirim Pasukan Arab ke Gaza
AL ARABIYA | REUTERS