TEMPO.CO, Jakarta - Sorak sorai menggema ketika Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris menyerukan “gencatan senjata segera” di Gaza awal bulan ini.
Meski kata-katanya sepertinya mencerminkan seruan untuk mengakhiri perang Israel, para kritikus mengatakan dia gagal mengumumkan perubahan kebijakan yang sebenarnya.
Berbicara di Selma, Alabama, pada 3 Maret untuk memperingati pawai hak-hak sipil 1965, Harris menarik perhatian pada krisis hak asasi manusia yang sedang berlangsung di Gaza, yang telah menjadi sasaran kampanye pengeboman Israel yang tiada henti sejak bulan Oktober.
“Mengingat besarnya skala penderitaan di Gaza, gencatan senjata harus segera dilakukan,” katanya, seraya menambahkan: “setidaknya untuk enam minggu ke depan”.
Belum Mengubah Sikap
Meski terkesan mendukung gencatan senjata, sebenarnya pemerintahan Presiden AS Joe Biden selalu menghindari seruan tersebut. Biden dan para pejabatnya telah lama menyerukan penghentian pertempuran untuk mengeluarkan tawanan Israel dari Gaza dan lebih banyak bantuan ke wilayah tersebut. Namun mereka berhenti mendorong diakhirinya serangan militer Israel.
Sandra Tamari, direktur eksekutif kelompok advokasi Proyek Keadilan Adalah, mengatakan posisi Biden tidak memuaskan seruan mereka untuk gencatan senjata permanen di Gaza.
“Sebagai orang Palestina, saya merasa terpesona setiap hari dengan pemerintahan ini,” kata Tamari kepada Al Jazeera. “Biden benar-benar menganggap kami bodoh dan kami tidak bisa memahami propaganda ini.”
Jeda versus gencatan senjata permanen
Pemerintah AS telah berupaya mencapai kesepakatan yang akan menghentikan sementara pertempuran, dengan imbalan pembebasan hampir 130 sandera Israel yang ditawan di Gaza oleh Hamas dan kelompok lain. Washington juga mengatakan jeda tersebut akan meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan ke wilayah Palestina yang terkepung.
Namun para aktivis hak asasi manusia telah mencoba menyoroti perbedaan antara dorongan Biden untuk melakukan gencatan senjata sementara dan perdamaian abadi yang mereka cari. Itulah sebabnya banyak aktivis menambahkan persyaratan “abadi” dan “permanen” pada tuntutan mereka untuk gencatan senjata.
Beth Miller, direktur politik Jewish Voice for Peace Action, mengatakan “tidak dapat diterima” bahwa Biden hanya menyerukan penghentian pertempuran sambil menolak menggunakan pengaruh AS untuk mengakhiri perang Israel. Bagaimanapun, Amerika mengirimkan bantuan dan senjata senilai miliaran dolar ke Israel setiap tahunnya.
“Kami menyerukan gencatan senjata segera dan permanen yang akan mengakhiri pemboman dan pembunuhan warga Palestina di Gaza. Itulah yang kami tuntut ketika kami menyerukan gencatan senjata,” kata Miller kepada Al Jazeera.
"Itulah satu-satunya cara untuk mencegah dan menghentikan genosida yang sedang berlangsung ini. Itu adalah satu-satunya cara agar para sandera dapat dibebaskan. Itu adalah satu-satunya cara agar pengepungan dapat dicabut dan agar ada kemajuan di mana orang-orang dapat benar-benar hidup dalam kedamaian dan keadilan."