TEMPO.CO, Jakarta - Enam bulan setelah Operasi Banjir Al Aqsa, juru bicara Brigade Al Qassam, Abu Ubaidah, Jumat, 8 Maret 2024, memberikan kejelasan pada beberapa isu utama, termasuk perundingan yang sedang berlangsung antara Perlawanan Palestina dan Israel, serta situasi operasional Perlawanan Palestina dan kondisi tawanan Israel di Gaza.
"Semoga bulan Ramadan yang semakin dekat menjadi bulan ketaatan, jihad, dan kemenangan," kata Abu Ubaidah ketika ia mulai menyapa umat Islam di seluruh dunia.
"Ketika umat Islam di seluruh dunia bersiap untuk menyambut Ramadan, kami telah mempersembahkan pengorbanan kepada Allah - aliran darah yang murni dan jiwa-jiwa yang murni. Kami menyambutnya dengan puncak semangat Islam, jihad, ketabahan, dan pertempuran selama masa ketika manusia dihormati [atas tindakan mereka selama bulan suci]," kata Abu Ubaidah.
"Perang biadab terhadap rakyat kami memasuki bulan keenam, dengan musuh kriminal yang bersikeras melakukan pembantaian Nazi yang sebenarnya terhadap rakyat kami - yang melibatkan pembunuhan, kelaparan, peningkatan penindasan, penghancuran, dan penghinaan terhadap semua hukum internasional dan sistem yang lemah yang tidak berdaya melawan entitas penjajah, yang dilucuti dari nilai-nilai kemanusiaan apa pun," kata Abu Ubaidah.
Pidato Abu Ubaidah menyoroti kesia-siaan diplomasi dan jalur hukum melalui hukum internasional atau keputusan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam mencapai gencatan senjata dan hak-hak rakyat Palestina.
Melanjutkan Konfrontasi
Juru bicara tersebut mendorong untuk melanjutkan konfrontasi dan memperluas mobilisasi di Ramadan, di Tepi Barat, 48 wilayah pendudukan, Lebanon, Yaman, Irak, dan negara-negara Islam dan Arab lainnya untuk mengakhiri genosida terhadap rakyat Palestina.
"Komunitas internasional dan hukum-hukumnya yang lemah dirancang untuk melindungi ketidakadilan, penindasan, dan agresi [yang dilakukan] oleh tirani kekuasaan yang kejam, yang dipelopori oleh pemerintahan Amerika. Rakyat dan Perlawanan kami memahami ini sejak awal. Oleh karena itu, perlawanan rakyat kami dan revolusi yang sedang berlangsung memuncak pada peristiwa 7 Oktober, menanggapi agresi terus menerus [yang telah berlangsung selama] beberapa dekade, mencapai puncaknya dalam upaya untuk meng-Yahudi-kan [Masjidil Aqsa] dan mengalahkan serta memprovokasi sentimen seluruh umat Islam," Abu Ubaidah menggarisbawahi.