Melawan Arogansi Zionis
"Arogansi Zionis meningkat dengan munculnya pemerintahan yang paling ekstremis dan mirip Nazi dalam entitas tersebut. Sebelum 7 Oktober, mereka [mempersiapkan] apa yang [dipraktikkan] hari ini di Gaza, Tepi Barat, dan al Quds, yang didasarkan pada dugaan warisan Taurat yang secara terbuka menyerukan pembakaran, pembunuhan, dan penghancuran negara-negara lain," jelas juru bicara tersebut. "Diperkuat oleh gerombolan pemukim Zionis, mereka memulai perang agama yang menjijikkan terhadap tanah, rakyat, dan kesucian kami," katanya.
"[Komunitas internasional] mematuhi hukum rimba, di mana apa yang disebut Dewan Keamanan bersidang... menghalangi upaya apa pun, bahkan secara formal, untuk mendukung mereka yang tertindas dan menghalangi para penyerang," juru bicara tersebut menggarisbawahi.
Tak Akan Berhenti Menghadapi Agresi Israel
"Dihadapkan dengan kenyataan ini dan agresi yang sedang berlangsung, kami, di Brigade al Qassam dan Perlawanan Palestina... bertahan, memahami bahwa musuh yang hanya memahami bahasa kekuatan tidak akan ditundukkan oleh pernyataan, konferensi, kutukan, atau bahkan resolusi internasional," tegas Abu Ubaidah.
"Kami telah berperang selama beberapa dekade, dan sekarang, pada hari ke-145 Operasi Banjir Al Aqsha, kami terus [menyebabkan] kerugian besar terhadap musuh yang putus asa, tentara kriminal, dan tentara bayaran, baik dari segi perwira, tentara, dan kendaraan [lapis baja] mereka," ujarnya.
Dia berjanji bahwa Perlawanan Palestina akan terus menghadapi agresi Israel hingga berakhir, dengan mengatakan bahwa "Israel" tidak akan mendapatkan keamanan "sampai mereka memberikan hak-hak rakyat kami dan mengakhiri pendudukannya atas tanah dan tempat-tempat suci."
AL MAYADEEN
Pilihan Editor: Biden Ajak Netanyahu 'Bertemu Yesus' Soal Bantuan Gaza, Apa Maksudnya?