Kompensasi yang lebih baik
Joo berpendapat bahwa sistem perawatan kesehatan tidak akan diperbaiki meskipun negara ini memiliki lebih banyak mahasiswa kedokteran tahun depan. Sebaliknya, ia mengusulkan agar pemerintah membuat rencana tentang bagaimana memberikan kompensasi yang lebih baik kepada para dokter.
Joo menunjukkan struktur pembayaran yang tidak adil di mana biaya untuk layanan farmasi jauh lebih tinggi daripada dokter yang melakukan operasi atau mereka yang mengoperasikan klinik anak dan dokter kandungan, yang ia lihat sebagai salah satu alasan terbesar mengapa para dokter mengalihkan karir mereka ke bidang-bidang yang tidak penting.
Selain itu, Joo meminta pemerintah untuk menyusun rencana yang dapat meringankan beban hukum para dokter, dengan mengutip kasus dokter di Rumah Sakit Mokdong Ewha Womans University yang didakwa atas kematian empat bayi yang baru lahir, namun dibebaskan lima tahun kemudian.
"Kami sudah memiliki cukup banyak dokter, tetapi mereka pergi karena (negara) tidak mampu melindungi mereka," kata Joo.
Apakah mogok kerja adalah satu-satunya pilihan?
Terlepas dari pandangan para dokter, para ahli mengatakan bahwa mereka menghadapi reaksi keras dari masyarakat karena menempatkan keluhan mereka di atas perawatan pasien.
"Melakukan mogok kerja dan meninggalkan (pasien) dapat dilihat sebagai 'perilaku yang tidak etis' bagi sebagian orang," Huh Chang-deog, seorang profesor sosiologi di Universitas Yeungnam mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
"Bahkan jika mereka benar, tidak adil bagi masyarakat, terutama mereka yang sakit, untuk menanggung beban (aksi kolektif dokter)," tambah Huh.
THE KOREA HERALD | CNA
Pilihan Editor: Komisi Tinggi HAM PBB: Akses Junta Myanmar terhadap Senjata dan Uang Harus Diputus