Sejarah Konflilk Israel Palestina
Konflik Palestina dan Israel amat panjang. Ketegangan antara Palestina dan bangsa Yahudi mulai terjadi 1917 ketika terjadi Deklarasi Balfour dari James Arthur Balfour. Inti deklarasi ini adalah Inggris menyetujui tanah Palestina sebagai national home atau “rumah nasional” bangsa Yahudi, padahal disana sudah ada orang Arab-Palestina. Bagi orang Yahudi, wilayah itu adalah tanah air leluhur mereka, tetapi warga Arab Palestina juga.
Setelah mendapatkan izin dari pemerintah Inggris, bangsa Yahudi merasa memiliki legalitas dan berkuasa di tanah Palestina. Sekitar tahun 1920-an hingga 1940-an, jumlah orang Yahudi yang datang ke wilayah itu bertambah. Banyak di antara mereka adalah orang Yahudi yang menyelamatkan diri dari persekusi Eropa dan mencari tanah air sesudah Holokaus Perang Dunia Kedua.
Kemudian pada tahun 1947, terjadi penggusuran besar-besaran masyarakat Palestina. Saat itu pula, Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) mengeluarkan sebuah Resolusi 181 yang memutuskan wilayah Palestina dibagi menjadi dua negara terpisah bagi bangsa Yahudi dan bangsa Arab Palestina.
Dalam resolusi tersebut, Yerusalem ditetapkan sebagai kota internasional. Pengaturan itu diterima oleh kalangan pemimpin Yahudi tetapi ditolak oleh bangsa Arab dan kemudian tidak pernah diterapkan. Hingga akhirnya PBB mengeluarkan kembali Resolusi 194 Right to Return yakni hak untuk kembali. Tapi, resolusi tersebut hingga kini tidak pernah dilaksanakan.
Sejak awal, hukum internasional yang dibuat PBB terus menerus dilanggar oleh Israel mulai dari terjadinya penggusuran besar-besaran terhadap warga Palestina, penempatan illegal secara sepihak pada wilayah yang diperuntukkan untuk Palestina.
Padahal, di tanah Palestina itu sudah ada penduduk yang lebih lama berada di sana, yakni 1.800 tahun sejak Israel mendeklarasikan kemerdekaan. Sementara menurut kesepakatan internasional negara bangsa, Palestina juga mempunyai hak untuk memiliki negara.
Karena tidak bisa menyelesaikan masalah, pada 1948 penguasa Inggris angkat kaki dari Palestina. Dalam hal ini, nampaknya Pemerintah Inggris mengabaikan pendudukan Arab–Palestina. Para pemuka Yahudi pun mendeklarasikan pembentukan negara Israel. Kemudian perlahan-lahan bangsa Yahudi kembali ke Palestina dan Israel mendeklarasikan kemerdekaan pada 14 Mei 1948.
Setelah itu, mulai terjadi kekerasan antara Yahudi dan Arab. Banyak warga Palestina menolaknya dan kemudian pecah perang. Tentara dari negara-negara Arab yang bertetangga melakukan penyerbuan. Ratusan ribu warga Palestina melarikan diri atau dipaksa meninggalkan rumah dalam peristiwa yang mereka sebut sebagai Al Nakba atau "Malapetaka".
Sejak saat itu, karena tidak pernah ada perjanjian perdamaian antar kedua belah pihak, Palestina dan Israel pun saling menyalahkan. Hingga terjadilah perang dan pertempuran selama puluhan tahun berikutnya.
ANTARA | TEMPO
Pilihan editor: Israel Evaluasi Kembali Kemungkinan Pembatasan Akses ke Masjid Al Aqsa saat Ramadan
Catatan Redaksi: Artikel ini telah mengalami perubahan dengan menambahkan sejarah konflik Israel Palestina.