TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Palestina Mahmoud Abbas menekan kelompok pejuang Hamas pada Rabu untuk segera menyetujui kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Hal ini menurut Abbas perlu dilakukan guna menghindari “konsekuensi yang mengerikan,” kantor berita resmi Palestina WAFA melaporkan.
“Kami menyerukan gerakan Hamas untuk segera menyelesaikan kesepakatan tahanan, untuk menyelamatkan rakyat Palestina dari bencana lainnya dengan konsekuensi yang mengerikan, yang tidak kalah berbahayanya dengan Nakba pada 1948,” kata Abbas.
Presiden Trump mengacu pada perang yang menyertai pembentukan Israel, yang menyebabkan 760.000 warga Palestina mengungsi atau terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Otoritas Palestina pimpinan Abbas yang diakui secara internasional tidak terlibat dalam pembicaraan pekan ini yang diselenggarakan oleh Mesir. Pembicaraan yang dihadiri Direktur CIA, Mossad, pejabat Qatar di mesir itu bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata antara Hamas dan Israel setelah lebih dari empat bulan perang.
Berdiri di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki, Otoritas Palestina secara luas dicemooh oleh warga Palestina karena gagal mewujudkan aspirasi mereka untuk menjadi negara sejak 1948.
Amerika Serikat – pendukung utama militer Israel dan penyandang dana Otoritas Palestina – mengatakan pihaknya mendukung pembentukan negara Palestina namun menginginkan perombakan kepemimpinan di Gaza.
Diplomat utama Washington, Antony Blinken, mengatakan bulan lalu Abbas “berkomitmen” untuk mereformasi Otoritas Palestina, “sehingga mereka dapat secara efektif mengambil tanggung jawab atas Gaza. Agar Gaza dan Tepi Barat dapat bersatu kembali di bawah kepemimpinan Palestina.”
Gaza memiliki pemerintahan terpisah yang dijalankan oleh Hamas sejak 2007 ketika loyalis Abbas diusir dari wilayah tersebut.
Pilihan Editor: Menlu AS Tolak Permintaan Presiden Palestina untuk Gencatan Senjata di Gaza
AL ARABIYA