TEMPO.CO, Jakarta - Para pemimpin Arab di Michigan memilih untuk membatalkan pertemuan yang dijadwalkan dengan manajer kampanye Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Julie Chavez Rodriguez, di Dearborn pada akhir pekan ini.
Keputusan ini diambil di tengah meningkatnya ketegangan akibat perang Israel-Hamas di Gaza, yang menimbulkan kemarahan luas di kalangan pemilih.
Sekelompok pemangku kepentingan dalam masyarakat, termasuk Eksekutif Wayne County Assad Turfe, membatalkan pertemuan tersebut, dengan alasan ketidakpuasan terhadap cara Presiden Biden menangani perang Israel-Hamas.
Tokoh terkemuka lainnya, termasuk Wali Kota Dearborn Abdullah Hammoud, juga menolak undangan tersebut, dengan menyatakan bahwa waktunya tidak tepat untuk diskusi pemilu.
“Bagi kami, Anda harus berdiskusi dengan para pembuat kebijakan. Mereka yang benar-benar mempengaruhi pengambilan keputusan. Itu bukan staf kampanye. Sungguh tidak manusiawi mengirim staf kampanye untuk bertanya kepada kami apa yang diperlukan untuk mendapatkan dukungan Anda pada November ketika Anda melakukan genosida aktif yang didanai, didukung, dan dipertahankan oleh pemerintahan saat ini,” ungkap Hammoud.
Dearborn – rumah bagi komunitas besar Palestina, Lebanon, Yaman, dan Irak – dikenal sebagai ibu kota Arab Amerika. Hammoud mencatat bahwa keempat negara tersebut sedang dibom oleh AS dan sekutu Israelnya.
Wali kota menambahkan bahwa warga Amerika keturunan Arab dan komunitas luas di Dearborn merasa “dikhianati” oleh dukungan Biden yang tak tergoyahkan terhadap Israel.
“Saya memiliki warga yang harus menggali nenek mereka dari bawah reruntuhan di Gaza setelah jet tempur Israel mengebom rumah mereka,” kata Hammoud kepada Al Jazeera.
“Kami mempunyai penduduk yang berasal dari Sheikh Jarrah di Yerusalem, yang sedang mengalami pembersihan etnis. Apa yang harus kukatakan pada mereka? Apa pesannya untuk mereka?”
Khaled Turaani, ketua Kampanye Abaikan Biden di Michigan, menampik segala upaya pemerintahan Biden untuk mendapatkan kembali dukungan dari para pemilih Arab-Amerika, dan menyebutnya sebagai upaya yang "sia-sia".
“Setiap peluang penebusan bagi Joe Biden terjadi setelah tewasnya 30.000 jiwa warga Palestina. Sekarang sudah terlambat baginya untuk menebus dirinya sendiri,” kata Turaani dengan tegas.
Aktivis lokal Palestina, Lexis Zeidan, juga menyuarakan sentimen serupa, menolak undangan tersebut dan menekankan pentingnya politik baru dari pemungutan suara Arab-Amerika dan Muslim.
“Mereka kini melihat kami sebagai ancaman, dan mereka tahu bahwa mereka tidak bisa menang dalam pemilu tanpa kami,” kata Zeidan.
Perwakilan Negara Bagian Alabas Farhat, anggota Partai Demokrat, menekankan bahwa masalah ini melampaui politik, dan menganjurkan gencatan senjata sebagai fokus utama dari setiap dialog.
"Ini bukan persoalan politik. Solusinya sederhana. Sudah 112 hari dipaparkan," tegas Farhat seraya menekankan perlunya tindakan segera untuk mengatasi krisis yang sedang berlangsung.
CBS News Detroit menghubungi tim kampanye Biden untuk memberikan komentar. Namun, mereka belum memberikan tanggapan.
Biden telah memberikan dukungan politik dan keuangan tanpa syarat kepada Israel sejak negara itu memulai serangan brutal di Gaza pada 7 Oktober. Presiden tersebut meminta bantuan tambahan lebih dari US$14 miliar untuk sekutu AS tersebut dan Gedung Putih masih bekerja sama dengan Kongres untuk mendapatkan dana tersebut.
Selain itu, para pembela hak asasi manusia Palestina menuduhnya berkontribusi terhadap dehumanisasi warga Palestina. Pada Oktober, Biden menggambarkan ribuan kematian warga sipil, mayoritas anak-anak dan perempuan, di Gaza sebagai “harga akibat perang”.
Dalam sebuah pernyataan yang menandai hari ke-100 konflik pada awal bulan ini, presiden AS hanya fokus pada tawanan Israel di Gaza, dan tidak menyebut sama sekali nasib warga Palestina yang menjadi korban genosida Israel.
Pemerintahan Biden juga telah memveto dua resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan deeskalasi di Gaza di mana lebih dari 26.000 warga Palestina telah terbunuh.
Minggu ini, pemerintahan Biden juga menangguhkan pendanaan untuk badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) berdasarkan tuduhan Israel yang belum dikonfirmasi bahwa beberapa pekerja UNRWA berpartisipasi dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.
Pada saat yang sama, Washington dengan tegas mengesampingkan penghentian atau pengondisian bantuan kepada Israel, bahkan setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka menentang Biden dengan menolak solusi dua negara.
Namun, pemerintahan Biden berargumen bahwa mereka mendorong Israel untuk meminimalkan korban sipil dan berusaha meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza di mana penduduknya berada di ambang kelaparan menurut kelompok hak asasi manusia.
Pilihan Editor: Massa Virginia Teriak 'Genosida Joe' Saat Biden Berkampanye
CBS NEWS | AL JAZEERA