TEMPO.CO, Jakarta - Serikat pekerja yang mewakili 29.000 profesor dan staf di seluruh sistem California State University (CSU) melancarkan pemogokan selama lima hari mulai Senin, 22 Januari 2024, sehingga menciptakan ketidakpastian bagi lebih dari 450.000 mahasiswa di 23 kampus pada hari pertama perkuliahan semester ini.
Asosiasi Fakultas California dan CSU telah melakukan tawar-menawar untuk kontrak baru sejak Mei 2023 dan tidak dapat mencapai kesepakatan sebelum tanggal pemogokan pada hari Senin.
Meski begitu, seluruh 23 kampus akan tetap buka, kata CSU, seraya menambahkan bahwa masing-masing anggota fakultas akan bertanggung jawab atas pembatalan kelas mereka.
“Jika siswa belum mendengar dari instruktur mereka bahwa kelas mereka dibatalkan, mereka harus berasumsi bahwa kelas tersebut diadakan sesuai jadwal dan masuk ke kelas,” kata CSU dalam sebuah pernyataan.
Serikat pekerja tersebut mengunggah gambar para anggotanya berjalan di garis piket pada hari Senin, namun masih terlalu dini untuk menilai dampak dari pemogokan tersebut.
“Dalam laporan berita baru-baru ini, manajemen CSU hanya mengatasi konflik kami mengenai gaji; mereka sepenuhnya mengabaikan masalah beban kerja, masalah kesehatan dan keselamatan, serta cuti sebagai orang tua,” kata wakil presiden serikat pekerja Chris Cox dalam sebuah pernyataan.
CSU berbeda dari sistem Universitas California, yang para pekerja akademisnya mogok selama lima minggu pada akhir 2022.
Pemogokan ini merupakan bagian dari kebangkitan aktivisme buruh terorganisir di California. Pekerja Los Angeles Unified School District melakukan pemogokan selama tiga hari tahun lalu sebelum menyelesaikan kontrak, sementara penulis dan aktor Hollywood juga melakukan pemogokan dalam waktu lama.
Potensi pemogokan lainnya dapat dicegah pada hari Jumat, ketika Teamsters Local 2010 yang mewakili 1.100 pekerja perdagangan terampil di 22 kampus mencapai kesepakatan dengan CSU.
Serikat fakultas menuntut kenaikan gaji tahunan sebesar 12%, yang oleh CSU disebut "tidak realistis secara finansial".
CSU mengatakan mereka telah menawarkan kenaikan gaji sebesar 15% selama tiga tahun, atau 5% setiap tahun.
REUTERS
Pilihan Editor Menlu Rusia Bahas Isu Timur Tengah dengan Menlu Iran, Turki dan Lebanon Jelang Pertemuan DK PBB