TEMPO.CO, Jakarta - Ekuador mengumumkan situasi darurat pada Senin setelah salah satu pemimpin geng kartel narkoba paling berbahaya di negara itu menghilang dari sel penjaranya.
Insiden ini bahkan memicu kerusuhan di setidaknya enam lembaga pemasyarakatan di seluruh negeri.
Presiden Daniel Noboa mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari, yang pertama sejak ia berkuasa pada 23 November tahun lalu.
“Saya baru saja menandatangani keputusan untuk keadaan darurat sehingga angkatan bersenjata mendapat semua dukungan politik dan hukum dalam tindakan mereka,” kata Noboa di media sosial.
Keadaan darurat memungkinkan tentara bertindak untuk mengendalikan keamanan dalam negeri, terutama di penjara, seperti yang dilakukan presiden-presiden sebelumnya.
Pemimpin geng kuat Los Choneros, Jose Adolfo Macias, alias "Fito," dilaporkan hilang pada Minggu dari selnya dengan keamanan tinggi di sebuah penjara di Kota Guayaquil.
Macias dijatuhi hukuman 34 tahun penjara pada 2011 karena berbagai kejahatan, termasuk pembunuhan dan perdagangan narkoba.
Geng Los Choneros telah terlibat dalam perselisihan berdarah dengan kelompok kriminal lain yang memiliki hubungan dengan kartel di Meksiko dan Kolombia mengenai jalur perdagangan narkoba.
Lebih dari 3.000 anggota polisi dan angkatan bersenjata telah dikerahkan untuk mencari keberadaan Macias, pemerintah mengkonfirmasi.
Pada Agustus tahun lalu, Macias dipindahkan bersama dengan tahanan berbahaya lainnya dari penjara regional Guayaquil ke pusat penjara La Roca “sebagai tindakan pengamanan bagi warga negara,” menurut mantan Presiden Guillermo Lasso.
Namun, 27 hari kemudian, seorang hakim secara mengejutkan memutuskan untuk membatalkan keputusan tersebut dan memerintahkan Macias dikembalikan ke penjara regional Guayaquil.
Meskipun pemerintah Noboa bermaksud memindahkan Macias ke penjara lain untuk mencegah pelariannya, pihak berwenang memastikan bahwa "kemungkinan besar" ada "infiltrasi" di penjara mengenai operasi keamanan yang akan segera terjadi dan Macias melarikan diri "beberapa jam sebelumnya".
Kerusuhan dilaporkan terjadi di lembaga pemasyarakatan di enam provinsi pada Senin, menurut SNAI, badan yang bertanggung jawab atas penjara. Dikatakan bahwa para narapidana menyandera penjaga penjara, meskipun tidak disebutkan berapa jumlahnya.
Sejak 2021, kerusuhan di penjara-penjara negara tersebut telah menyebabkan sekitar 460 orang tewas.
Kejahatan terorganisir telah menyusup ke negara ini, yang hingga beberapa tahun lalu tidak mengalami masalah perdagangan narkoba seperti yang melanda negara-negara Amerika Latin lainnya. Pemerintahan di masa lalu tidak mampu menghentikan kelompok kejahatan terorganisir.
Noboa terpilih pada bulan November dengan janji untuk menindak kejahatan dengan kekerasan.
Pilihan Editor: Penjahat 'Paling Dicari' di Ekuador Menghilang dari Penjara
REUTERS | ANADOLU