TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pejabat senior di Departemen Pendidikan Amerika Serikat mengundurkan diri pada Rabu, sebagai protes cara Presiden Joe Biden menangani konflik di Gaza. Ini merupakan tanda terbaru perbedaan pendapat di pemerintahan AS ketika jumlah korban jiwa warga Palestina di Gaza terus bertambah dalam perang tersebut.
Juga pada hari Rabu, 17 staf kampanye pemilihan ulang Biden mengeluarkan peringatan melalui surat anonim bahwa Biden dapat kehilangan pemilih karena masalah ini.
Tariq Habash, asisten khusus di Kantor Perencanaan, Evaluasi dan Pengembangan Kebijakan Departemen Pendidikan, dalam suratnya kepada Menteri Pendidikan Miguel Cardona, mengatakan: "Saya tidak bisa tinggal diam karena pemerintahan ini menutup mata terhadap kekejaman yang dilakukan terhadap warga Palestina yang tidak bersalah. Para ahli hak asasi manusia terkemuka disebut sebagai kampanye genosida oleh pemerintah Israel.”
Tim kampanye Biden tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller sebelumnya pada Rabu mengatakan bahwa AS belum mengamati serangan Israel di Gaza yang merupakan genosida. Pernyataannya tersebut merupakan tanggapan terhadap proses yang dilancarkan Afrika Selatan di Mahkamah Internasional atas serangan brutal Israel di Gaza sejak 7 Oktober.
Israel juga membantah klaim genosida di Gaza.
Josh Paul, mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS, menjadi pejabat pertama yang mengundurkan diri dari pemerintahan Biden pada Oktober sebagai protes atas apa yang disebutnya sebagai “dukungan buta” pemerintah terhadap Israel.
Pada November, lebih dari 1.000 pejabat di Badan Pembangunan Internasional AS (USAID), bagian dari Departemen Luar Negeri, menandatangani surat terbuka yang mendesak pemerintahan Biden untuk menyerukan gencatan senjata segera.
Setelah setidaknya tiga kawat yang mengkritik kebijakan pemerintah diajukan ke “saluran perbedaan pendapat” internal Departemen Luar Negeri, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengakui perbedaan pendapat dalam suratnya pada November.
Pada Desember, beberapa staf di pemerintahan Biden mengadakan aksi di dekat Gedung Putih untuk menuntut gencatan senjata di Gaza.
Serangan kelompok Islam Palestina Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel menewaskan 1.140 orang, menurut penghitungan Israel. Sekitar 240 sandera juga dibawa kembali ke Gaza. Total korban tewas warga Palestina akibat serangan balasan Israel telah mencapai 22.313 orang pada Rabu, hampir 1% dari 2,3 juta penduduk Gaza, kata Kementerian Kesehatan Gaza.
Pemboman Israel telah meratakan sebagian besar daerah kantong padat penduduk tersebut, menyebabkan sebagian besar warga Gaza kehilangan tempat tinggal, dan kekurangan pangan kelaparan.
Amerika Serikat secara terbuka mengecam retorika beberapa menteri Israel yang terang-terangan akan mengusir warga Paelstina dari Gaza, sebuah kejahatan perang, dan mendorong Israel untuk membatasi kematian warga sipil di Gaza. Kritikus berpendapat bahwa Washington tidak menggunakan pengaruhnya sebagai pemasok utama senjata dan bantuan untuk mempengaruhi kebijakan Israel.
Pilihan Editor: Hamas Kutuk Penjualan Amunisi Artileri Berdaya Ledak Tinggi AS kepada Israel
REUTERS