TEMPO.CO, Jakarta - Korban tewas akibat gempa bumi di Cina sepekan lalu terus bertambah. Sedikitnya 149 orang tewas akibat gempa di wilayah terpencil di barat laut. Dua orang masih hilang akibat gempa berkekuatan 6,2 magnitudo itu.
Pusat gempa terletak di provinsi Gansu dan Qinghai, di wilayah yang banyak dihuni oleh suku Hui di Cina. Suku Hui adalah etnis minoritas yang memiliki ikatan erat dan memiliki identitas Muslim yang khas.
Gansu menanggung beban terberat akibat gempa tersebut. Lebih dari 200.000 rumah hancur dan 15.000 di ambang kehancuran, menurut laporan media pemerintah Cina.
Gempa dahsyat ini menyebabkan 145.000 orang mengungsi dan menewaskan 117 orang di provinsi tersebut pada 22 Desember, dan 781 orang terluka.
Di Qinghai sebelah barat Gansu, 32 orang tewas dan dua orang masih hilang pada hari Minggu, menurut media pemerintah. Pihak berwenang setempat mengaitkan parahnya kerusakan dengan dangkalnya gempa. Gempa bumi yang pecah dan batuan sedimen yang relatif lunak di wilayah tersebut juga memperkuat kekuatan destruktif dari gempa tersebut.
Banyak rumah bangunan lama yang hancur. Bangunan rumah itu terbuat dari kayu tanah atau struktur kayu bata. Dinding penahan beban dibangun dari tanah, sehingga tak tahan diguncang gempa bumi.
Gempa bumi biasa terjadi di provinsi-provinsi di perbatasan timur laut dataran tinggi Qinghai-Tibet yang aktif secara tektonik, meliputi sebagian besar Tibet, Qinghai, Gansu, sebagian Xinjiang, dan dataran tinggi terjal di barat Sichuan.
Sepuluh tahun lalu di Sichuan, lebih dari 6.700 orang terluka dan lebih dari 160 orang tewas akibat gempa bumi berkekuatan 6,6 SR. Pada tahun 2010, gempa berkekuatan 7,1 skala Richter menewaskan 2.700 orang di Yushu, wilayah yang sebagian besar dihuni warga Tibet di Qinghai.
REUTERS
Pilihan editor: Tentara Israel Banyak yang Tewas, Netanyahu Akui Harga Perang Gaza Sangat Mahal